ANKARA (Arrahmah.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdoganmengatakan bahwa operasi militer di sepanjang perbatasan Suriah akan terus berlanjut jika janji untuk membersihkan kelompok teror tidak dipenuhi.
Jika mereka tidak dibersihkan, kata Erdogan, maka Turki terpaksa akan menyingkirkan mereka.
Erdogan membuat pernyataan tersebut dalam sebuah pidato video yang menandai peresmian Bendungan Reyhanlı yang baru, bersama dengan proyek dan fasilitas lainnya di provinsi Hatay, selatan Turki.
“Sambil menggagalkan upaya untuk membangun koridor teror di sepanjang perbatasan kami, Turki juga menunjukkan kepada saudara-saudari Suriah bahwa mereka tidak sendiri.” kata Erdogan, sebagaimana dilansir MEMO, Senin (5/10/2020).
Erdoggan dalam pidatonya itu merujuk pada tiga intervensi militer negaranya di Suriah selama beberapa tahun terakhir, termasuk Operasi Perisai Efrat pada 2016, Operasi Cabang Zaitun pada 2018, dan Operasi Mata Air Perdamaian pada 2019.
Intervensi tersebut semua dilakukan dengan tujuan membersihkan wilayah perbatasan Turki-Suriah dari kelompok militan Kurdi seperti Unit Perlindungan Rakyat (YPG) dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF).
Setelah operasi militer terakhir Turki, yang bertujuan untuk membangun zona aman 30 kilometer jauh di dalam timur laut Suriah di mana para teroris akan diusir dan pengungsi Suriah dapat diselesaikan, Turki mencapai kesepakatan dengan Rusia agar militan YPG dan SDF disingkirkan dari beberapa area tersebut. Sebagai gantinya, Turki setuju untuk mengakhiri operasinya dan melakukan patroli militer bersama di wilayah tersebut dengan Rusia.
Hampir setahun setelah kesepakatan itu dicapai, namun kelompok militan Kurdi masih belum sepenuhnya dipindahkan dari wilayah yang disepakati, dan status zona aman yang direncanakan masih belum jelas.
Dalam pidato videonya, Erdogan juga mengatakan bahwa Turki tidak akan menerima tindakan apa pun yang mengarah pada krisis kemanusiaan lebih lanjut di provinsi Idlib, barat laut Suriah, yang tetap menjadi benteng utama terakhir oposisi Suriah.
Daerah tersebut telah menjadi sasaran kampanye pemboman oleh rezim Assad dan Rusia sejak tahun lalu.
(ameera/arrahmah.com)