SANAA (Arrahmah.com) – Kelompok Houtsi mengatakan mereka telah mencapai “target penting” di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, menggunakan rudal balistik dan drone.
Sementara itu, koalisi pimpinan Saudi, yang telah berperang dengan kelompok yang didukung Iran sejak 2015, tidak mengkonfirmasi serangan terhadap Riyadh tetapi mengatakan pihaknya mencegat dan menghancurkan sejumlah rudal balistik dan drone peledak yang diluncurkan menuju kerajaan pada hari Kamis (10/9/2020).
Yahya Sarea, juru bicara Houtsi, mengatakan pada hari yang sama (10/9) bahwa kelompok tersebut menggunakan rudal balistik Dul-Faqqar dan tiga drone Samad-3 dalam serangan yang diklaim di situs tak dikenal tersebut.
“Serangan itu merupakan tanggapan atas eskalasi permanen musuh dan blokade yang terus berlanjut terhadap negara kami,” kata Sarea dalam sebuah pernyataan yang diposting di Twitter.
Dia menjanjikan lebih banyak serangan jika Arab Saudi “melanjutkan agresinya” di Yaman.
Juru bicara koalisi pimpinan Saudi mengatakan pasukan Houtsi meluncurkan rudal dan drone ke sasaran sipil di Arab Saudi, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Sebelumnya pada hari Kamis (10/9), koalisi pimpinan Saudi mengatakan pasukannya telah mencegat dan menghancurkan pesawat tak berawak bermuatan bahan peledak yang diluncurkan oleh Houtsi menuju kota perbatasan Najran.
Dalam pernyataan yang diterbitkan oleh Saudi Press Agency, juru bicara koalisi Turki al-Maliki mengatakan drone itu menargetkan penduduk sipil dan fasilitas di kota selatan Saudi.
Koalisi mengatakan bahwa sejak Jumat pekan lalu, mereka telah menghancurkan setidaknya enam drone bermuatan bahan peledak yang menargetkan wilayah selatan di kerajaan itu.
Yaman telah terkunci dalam konflik sejak 2014 ketika Houtsi merebut sebagian besar wilayah utara negara itu, termasuk ibu kotanya, Sanaa.
Koalisi pimpinan Saudi turun tangan pada Maret 2015 untuk memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Dalam beberapa bulan, Arab Saudi, UEA dan sekutunya di darat mendorong Houtsi keluar dari Yaman selatan menuju jantung utara mereka.
Perang telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dan menyebabkan kehancuran yang meluas, mendorong Yaman, yang sudah menjadi salah satu negara termiskin di dunia Arab, ke ambang kelaparan. PBB menyebut krisis Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia. (Althaf/arrahmah.com)