KABUL (Arrahmah.com) – Korban tewas akibat banjir besar selama dua hari di Afghanistan utara dan timur meningkat menjadi setidaknya 150 pada Kamis (27/8/2020), dengan sejumlah lainnya terluka ketika kru penyelamat mencari korban di bawah lumpur dan puing-puing rumah yang runtuh, menurut pernyataan para pejabat.
Hujan deras, ditambah dengan tanah longsor, sering mengancam daerah terpencil di Afghanistan, yang infrastrukturnya buruk. Musim panas sering kali membawa curah hujan tinggi dan banjir ke utara dan timur negara itu.
Banjir bandang menggenangi kota Charikar di provinsi Parwan mulai Selasa malam. Kementerian Kesehatan mengatakan pada Rabu (26/8) bahwa rumah sakit setempat sebagian hancur dan banyak korban luka dipindahkan ke ibu kota Kabul, lansir AP.
Banjir yang deras di provinsi pegunungan tersebut, melepaskan ribuan batu besar yang menyebabkan banyak korban luka dan menghancurkan seluruh rumah, mengubur orang di bawah puing-puing. Beberapa ekskavator mencapai daerah itu dan melakukan penggalian untuk menyelamatkan mereka yang terjebak di bawah reruntuhan.
Mohammad Qasim Haidari, wakil menteri Afghanistan untuk manajemen bencana, mengatakan jumlah korban mungkin meningkat karena tim penyelamat dan sukarelawan masih bekerja untuk menemukan orang yang terkubur di bawah rumah yang hancur.
Dia mengatakan 102 orang tewas di Parwan dan 19 di ibu kota Kabul. Di provinsi lain, 17 orang tewas di Kapisa utara, tujuh di Wardak timur, tiga di Panjshir utara, dua di Nangarhar timur dan satu di Paktia timur dan lebih dari 200 lainnya terluka.
Wahida Shahkar, juru bicara gubernur provinsi Parwan, mengatakan tentara dan polisi dikerahkan untuk membantu warga mencari orang yang mereka cintai di bawah lumpur.
Kepala rumah sakit provinsi, Abdul Qasim Sangin, mengatakan setiap 30 menit hingga satu jam satu mayat dibawa ke rumah sakit. Dia mengatakan beberapa anak termasuk di antara yang tewas dan beberapa yang terluka berada dalam kondisi kritis.
Hamid Agha (50), seorang warga Charikar, mengatakan dia kehilangan semua anggota keluarganya akibat banjir kecuali dua putranya yang merupakan pengemudi truk dan sedang mengirimkan barang ke provinsi lain.
Agha berhasil keluar dari air yang terus meninggi, tetapi tidak dapat menyelamatkan keluarganya. “Dari 11 anggota keluarga di rumah hanya saya yang hidup,” katanya. “Kami menguburkan enam mayat tetapi empat lainnya masih hilang.”
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dalam konferensi video menjanjikan dukungan penuh kepada mereka yang kehilangan rumah dan anggota keluarga selama dua hari terakhir, sekelompok pengusaha Afghanistan mengirimkan makanan dan uang tunai kepada keluarga di Parwan.
Ahmad Tameem Azimi, juru bicara kementerian manajemen bencana, mengatakan banjir memblokir jalan raya ke provinsi timur dan utara. “Bersamaan dengan menyelamatkan orang-orang, kami sedang bekerja untuk membuka jalan raya kembali,” ujarnya. Lebih dari 2.000 rumah hancur di Parwan dan lebih dari 1.000 orang mengungsi, katanya. (haninmazaya/arrahmah.com)