TRIPOLI (Arrahmah.com) – Pemimpin Libya, Muammar Gaddafi menuduh NATO sebagai pembunuh dan bersumpah untuk membalas dendam atas aksi pembunuhan yang dilancarkan terhadap warga sipil Libya melalui serangan udara aliansi militer Barat itu.
“Anda bilang ‘kami memukul target kami dengan ketelitian’. Dasar pembunuh!” kata Gaddafi dalam pesannya melalui televisi Libya, Rabu malam (22/6/2011), dikutip Reuters.
“Suatu hari kami akan menanggapi dengan cara yang sama, dan rumah-rumah Anda layak kami targetkan.”
Gaddafi memberi penghormatan kepada kameradnya, Khuwildi Hemidi, yang kehilangan beberapa anggota keluarganya dalam serangan udara NATO di kediamannya pada hari Senin (19/6).
Penguasa Libya bersumpah untuk melanjutkan pertempuran sampai Barat berhasil disingkirkan.
Dia mengatakan kesepakatan tidak akan pernah dapat dicapai untuk mengakhiri krisis di Libya setelah anak-anak dan cucu mereka tewas dalam serangan udara salibis.
Pernyataan Gaddafi ini muncul setelah Menteri Luar Negeri Italia, Franco Frattini, menyerukan untuk segera menghentikan permusuhan di Libya. Dia mengatakan gencatan senjata merupakan kebutuhan yang mendesak bagi Libya.
Direktur Uni Afrika (UA), Jean Ping, mengatakan kebuntuan di Libya dapat meningkatkan kemungkinan untuk memecah negara tersebut menjadi dua bagian. Dia menambahkan bahwa kebuntuan saat ini akan mendorong Barat untuk mendukung rencana UA.
UA mengusulkan gencatan senjata dan pembentukan periode transisi sesegera mungkin tapi gagal untuk mengklarifikasi peran Gaddafi di masa depan Libya.
Revolusioner Libya telah menolak rencana yang sudah digagas UA dan tetap menuntut turunnya Gaddafi. (althaf/arrahmah.com)