ANKARA (Arrahmah.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam peran Mesir dan Uni Emirat Arab (UEA) yang membantu pasukan yang berperang melawan pemerintah Libya yang diakui PBB yang berbasis di Tripoli.
Pernyataann Erdogan tersebut muncul pasca adanya pertemuan antara Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan para pemimpin suku Libya yang meminta al-Sisi untuk campur tangan dalam konflik tersebut.
“Langkah-langkah yang diambil oleh Mesir di sini, terutama berpihak pada Haftar, menunjukkan bahwa mereka dalam proses yang ilegal,” kata Erdogan.
Erdogan juga menyebut keterlibatan Uni Emirat Arab sebagai “pembajakan”.
Turki adalah pendukung utama Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli dan campur tangan di Libya untuk memberikan dukungan kritis terhadap jenderal militer jahat Khalifa Haftar awal tahun ini.
Turki adalah pendukung utama Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli dan campuran tangan di Libya untuk memberikan dukungan kritis melawan Haftar awal tahun ini.
Pada bulan April 2019, Haftar melancarkan serangan untuk merebut Tripoli dari GNA, menewaskan ratusan orang dan menggusur puluhan ribu lainnya, tetapi dalam beberapa bulan terakhir, GNA telah berhasil mendesak pasukan Haftar dan memaksa mereka mundur menuju Sirte.
Turki berjanji untuk mendukung GNA untuk Sirte dan mendesak agar pasukan Haftar segera pergi.
Al-Sisi memperingatkan pada bulan lalu bahwa serangan terhadap Sirte akan merupakan “garis merah” bagi Mesir, dan mengatakan bahwa Kairo dapat melakukan intervensi jika serangan terjadi.
Garis depan pusat Sirte-Jufrah yang saat ini dipegang oleh pasukan pro-Haftar dipandang sebagai pintu gerbang ke terminal ekspor minyak utama Libya.
Jika militer Mesir memasuki Libya untuk berperang melawan GNA yang didukung Turki, para analis yakin Mesir kemungkinan akan menerima dukungan kuat dari Arab Saudi dan UEA, yang telah menyatakan persetujuan mereka atas komentar “garis merah” Sisi.
(ameera/arrahmah.com)