ANKARA (Arrahmah.com) – Turki pada Rabu (1/6/2020) mengkritik pernyataan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo soal Hagia Sophia.
“Kami terkejut dengan pernyataan yang dibuat oleh Departemen Luar Negeri AS tentang Hagia Sophia,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Hami Aksoy, dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.
Aksoy menambahkan, Turki melindungi semua aset budayanya, termasuk Hagia Sophia, tanpa diskriminasi dalam kerangka tradisi toleransi dari budaya dan sejarah kita.
“Hagia Sophia, yang terletak di tanah kami adalah milik Turki, seperti semua aset budaya kami,” tegasnya.
“Setiap masalah tentang Hagia Sophia adalah urusan internal kami sebagai bagian dari hak kedaulatan Turki.”
“Secara alami setiap orang bebas mengekspresikan pendapatnya sendiri. Namun, bukan bagi siapa pun untuk berbicara tentang hak kedaulatan kami dengan gaya ‘kami mendesak, kami menuntut’, lanjutnya.
Sebelumnya, Pompeo mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa status museum atas Hagia Sophia harus dipertahankan sebagai contoh komitmen untuk menghormati tradisi agama dan beragam sejarah yang berkontribusi pada Republik Turki, dan untuk memastikannya tetap dapat diakses oleh semua.
“Pemerintah Turki telah mengelola Hagia Sophia sebagai museum – yang secara resmi diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari Area Bersejarah Situs Warisan Dunia Istanbul – dengan cara yang luar biasa selama hampir seabad,” tambahnya.
Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama 916 tahun. Pada tahun 1453, bangunan tersebut diubah menjadi masjid oleh Kekhalifahan Utsmani Sultan Mehmet II ketika menaklukkan Istanbul.
Setelah dilakukan perbaikan selama era Kekhalifahan Utsmani dan penambahan menara oleh arsitek Mimar Sinan, Hagia Sophia menjadi salah satu karya terpenting arsitektur dunia.
Di bawah Republik Turki, Hagia Sophia menjadi museum pada tahun 1935.
(ameera/arrahmah.com)