Oleh : Al Fadhli*
Mungkin hanya waktu yang dapat memberikan jawaban hingga kapan kita kan terus berjibaku dengan segala kesibukkan kita. Jangan pernah mempertanyakan kapan kemenangan akan datang. Karena sesungguhnya janji-Nya adalah haqq. Bukankah saat Allah telah memberikan pertolongan-Nya manusia kan berbondong-bondong masuk dalam dien-Nya dengan sukarela dan tanpa paksaan..? Maka sucikanlah, dan pujilah Dia serta memohonlah ampunan pada-Nya.
Sekelebat permasalahan yang masih menutup pandangan kita saat ini adalah kesungguhan kita untuk menjalankan aktivitas ini dengan sepenuh totalitas fikrah yang seharusnya tidak pernah surut apalagi padam. Ia seperti kabut yang hingga kini masih menyelimuti setiap detak langkah kita, maka bukan tidak mungkin Allah pun menutup peluang kemenangan disebabkan masih begitu keringnya pemahaman kita terhadap segala aktivitas yang setiap harinya kita lakukan ini. Ditambah lagi, hati kita yang masih terlalu pekat untuk membukakan matanya sehingga seharusnya ia dapat melihat kebenaran tanpa kebencian dan menjadikan segala sesuatu di hadapannya adalah kekasih hati yang ketika ia memang harus diluruskan, maka jiwa akan meluruskannya dengan sepenuh cinta.
Betapa meruginya kita yang hanya menjalankan segala aktivitas yang suci ini seperti sebuah rutinitas yang tidak mengenal perencanaan dan tujuan akhir yang akan dicapai. Karena sesungguhnya perjalanan ini bukanlah perjalanan sesaat yang pada saat kita telah pergi maka semua dianggap telah usai. Tidak, sekali lagi tidak. Perjalanan ini adalah sebuah estafet perjuangan yang dengannya Rasulullah shallaLlahu ‘alayhi wa sallam berhasil mewarnai dunia dengan dominasi Islam.
Namun, apakah pencapaian dominasi Islam terhadap dunia itu dilakukan dalam waktu sekejap mata?
Sejarah telah mencatat bahwa ekspansi besar-besaran pertama kali dilakukan oleh Khalifah ‘Ummar ibn Al Khattab. Artinya, perluasan wilayah Islam ke wilayah di luar Jazirah Arabia dilakukan setelah dua periode kepemimpinan Islam. Hal ini juga berarti bahwa estafet perjuangan Islam dapat digambarkan seperti sebuah anak tangga yang saling menyusun untuk mencapai titik tertentu. Titik akhir inilah yang kita sebut sebagai tamkin.
Pertanyaan besar bagi kita yang telah menisbatkan diri menjadi bagian dari pasukan Muhammad shallaLlahu ‘alayhi wa sallam. Apakah kemudian kita dapat merepresentasikan perjuangan Rasulullah dan para Shahabat dalam realita yang ada saat ini, atau justru kita semakin jauh meninggalkan apa yang seharusnya menjadi manhaj dari risalah yang kita usung ini?
Kita saksikan hari ini, sebagian da’i dan mujahid sering kali terlalu terburu-buru sehingga seolah-olah mereka berada pada titik di mana mereka harus melakukan penetrasi dan ekspansi yang membuat sebagian di antara mereka melupakan tarbiyah dan takwiniyah. Padahal, karakteristik da’wah Rasulullah adalah seperti sebuah pohon yang tidak tergesa-gesa untuk tumbuh tinggi dan berkembang, namun ketika tiba saatnya ia mencapai titik di mana angin besar akan menerpanya, ia telah kokoh dan berdiri tegar karena akarnya telah menancap teguh dan menjalar jauh ke pusat bumi.
Ketahuilah dan yakinilah bahwa kemenangan abadi adalah milik Islam. Sehingga apabila kita saat ini menyaksikan peradaban kafir yang sedang tegak mengangkasa, maka yakinilah bahwa sesungguhnya mereka begitu rapuh. Mereka tidak akan merasakan nikmatnya kemenangan yang abadi. Ketakutan akan kekuatan ilahi yang sebenarnya mereka yakini akan menjadi teror yang setiap saat kan menghantui setiap jengkal gerakan mereka.
Kita seharusnya tidak terlalu risau saat kafir mendominasi dunia saat ini karena Allah pasti akan menghancurkannya melalui tangan para prajurit-Nya. Di sisi lain, kita pun tidak boleh tinggal diam dan hanya berharap akan datangnya pertolongan sehingga kita terjebak pada sikap menunggu dan tanpa persiapan. Seolah-olah tamkin akan datang dengan sendirinya tanpa ada perjuangan dan pengorbanan.
Saat kafir mendominasi dunia, maka tugas kita adalah mempersiapkan kekuatan, menghimpun simpul-simpul massa dengan tarbiyah yang benar. Menguatkan ‘aqidah tawhid mereka yang merupakan akar bagi pohon bernama Islam serta mempersiapkan diri secara individu, baik ruhiyah, fikriyah, maupun jasadiyah. Proses tarbiyah dan takwinul ummah bukanlah aktivitas menipu yang digembar-gemborkan oleh sebagian orang. Bahkan tarbiyah dan takwinul ummah lah yang akan menjadi katalisator akan lahirnya para mujahid yang siap berjuang dan berkorban untuk menegakkan diinuLlah…
Persiapan, perencanaan, serta pengorganisasian yang dibangun dari satu fase ke fase yang lainnya bukanlah sesuatu yang sia-sia. Jangan pahami bahwa apa yang dimaksud dengan gerakan selalu berarti ekspansi atau qital. Persiapan, perencanaan, serta pengorganisasian merupakan bagian dari gerakan yang utuh dan benar, karena tanpanya ia hanya akan menjadi sebuah gerakan emosional, reaktif, serta anarkis. Kemenangan yang akan diraih oleh gerakan seperti ini tidak akan jauh berbeda dengan kemenangan yang diraih oleh pasukan kafirun dari sisi kerapuhannya. Karena ia tidak berjalan di atas manhaj perjuangan yang benar sebagaimana yang telah digariskan oleh Rasulullah shallaLlahu ‘alayhi wa sallam.
Pemahaman ini yang seringkali terlupakan oleh kita. Kita terlalu emosional dan reaktif terhadap momentum yang menyilaukan. Padahal di sisi lain, sifat tarbiyah serta kualitas dan kuantitas para prajuritnya belum sepadan untuk menghadang kekuatan thaghut. Bahkan lebih parah lagi jika para mujahidin pada akhirnya malah berhadapan dengan ummat dalam medan qital. Ini merupakan kegagalan gerakan da’wah dan jihad.
Maka dari itu, bersabarlah dan kuatkanlah kesabaran kita, serta bersiapsiagalah agar kita sanggup menghadapi kekuatan thaghut dan meraih kemenangan yang sempurna, walaupun kemenangan itu baru diraih saat kita telah tiada. Tidak mengapa, karena itulah sifat perjuangan yang senantiasa berlanjut dan ketika tiba saatnya kita harus memberikan estafet perjuangan ini pada generasi baru, maka kita tidak akan menyesal karena kita telah membangun fondasi yang akan menopang gelombang kekuatan sehingga runtuhlah kemungkaran untuk selama-lamanya hingga tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini dan milik Allah lah apa yang ada di langit dan di bumi. “Kita bersabar dalam membangun, hingga mendapatkan bengunan yang kokoh adalah jauh lebih baik daripada tergesa-gesa namun rapuh dan cepat hancur.” (Asy Syaikh Sa’id Hawwa)
*penulis adalah Ketua Mahasiswa Pecinta Islam (MPI) Daerah Bandung