RIYADH (Arrahmah.com) – Rudal dan senjata baru Iran yang ditemukan di Yaman diungkapkan oleh Koalisi Arab dalam konferensi pers pada Senin (29/6/2020).
Perwakilan Khusus AS untuk Iran Brian Hook dan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al-Jubeir menjadi tuan rumah konferensi pers bersama setelah memeriksa senjata.
Arab Saudi sedang berkonsultasi dengan semua negara di Dewan Keamanan PBB tentang bahaya tidak memperpanjang embargo senjata terhadap Iran, kata Menteri Negara Urusan Luar Negeri Kerajaan Adel Al-Jubair, seperti dilansir Al Arabiya.
Sebuah laporan PBB baru-baru ini menyatakan bahwa rudal dan drone yang digunakan dalam serangan terhadap Arab Saudi berasal dari Iran, menandai pertama kalinya Sekretaris Jenderal PBB secara eksplisit mengakui peran Iran dalam serangan terhadap Kerajaan.
Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran pada 2018, mengatakan bahwa hal itu tidak menghentikan Iran untuk terus menggoyahkan kawasan tersebut. Sejak itu, Iran telah melanggar kesepakatan beberapa kali.
“Para pemimpin Iran menolak diplomasi, memicu ketidakstabilan, dan memperburuk penderitaan warga Yaman yang tidak bersalah. Iran tidak akan pernah diizinkan mengembangkan senjata nuklir,” kata Hook pada konferensi pers.
AS mengajukan rancangan resolusi kepada Dewan Keamanan PBB dengan mengatakan bahwa embargo senjata saat ini terhadap Iran harus diperpanjang sejak tanggal kedaluwarsanya pada 18 Oktober 2020.
“Senjata yang kita lihat di sini hari ini, adalah semua bukti yang kita butuhkan, bahwa embargo senjata terhadap Iran tidak boleh dicabut. Jika embargo kedaluwarsa, Iran akan dapat membeli dan menjual senjata-senjata ini, serta banyak jenis senjata lainnya tanpa batasan sama sekali,” klaim Hook.
Jika embargo senjata berakhir, Iran akan memperoleh teknologi sensitif baru dan mengekspor kembali ke proksinya di kawasan itu, tambah Hook. (haninmazaya/arrahmah.com)