ANKARA (Arrahmah.com) – Turki berencana mendirikan pangkalan militer permanen di Libya, kata sumber Turki kepada Reuters, Senin (15/6/2020). Ankara berusaha menjaga pijakan permanennya ini di negara Afrika Utara di pangkalan udara al-Watiya dan pelabuhan kota pesisir Misrata.
Pembicaraan sedang berlangsung dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang berbasis di Tripoli mengenai masalah ini, tambah sumber itu.
Ankara melemparkan dukungannya di belakang pemerintah di Tripoli tahun lalu setelah GNA menandatangani perjanjian demarkasi maritim yang katanya memberikan hak pengeboran Turki di dekat Kreta, tetapi itu ditentang oleh Yunani, Siprus, dan Uni Eropa.
Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki Fatih Donmez mengungkapkan bahwa kepala GNA, Fayez al-Sarraj, telah membahas dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan peningkatan kerja sama dalam pengeboran minyak dan gas.
Sarraj telah mengunjungi Ankara minggu lalu.
Donmez mengatakan negaranya bertekad untuk membangun dua pembangkit listrik besar di Libya, menambahkan bahwa perusahaan minyak yang dioperasikan negara akan mulai pengeboran di Mediterania dalam waktu tiga minggu.
Secara terpisah, Ketua Parlemen Libya yang berbasis di timur, Aguila Saleh, dengan cepat membantah desas-desus bahwa ia berencana akan segera berkunjung ke Turki. Dia juga membantah menerima undangan untuk bepergian ke negara itu.
“Masalah ini bahkan tidak bisa diperdebatkan,” katanya.
Sementara itu, juru bicara Tentara Nasional Libya (LNA) Ahmed al-Mismari mengungkapkan bahwa tujuh kapal perang Turki berlabuh di lepas pantai Libya. Dia menuduh Ankara mengirim beberapa tentara bayaran, pasukan, dan perwira Turki setelah beberapa pasukan yang didukungnya menderita kerugian besar dalam peralatan dan hidup dalam pertempuran yang sedang berlangsung di negara itu.
Dia mendesak komunitas internasional untuk memasukkan Recep Tayyip Erdogan ke dalam daftar hitam sebagai “penjahat perang” atas kekejaman yang dilakukan pasukan dan tentara bayarannya terhadap kemanusiaan di Libya.
Kejahatan milisi pro-Erdogan di selatan Tripoli, di Tarhuna dan al-Asaba telah didokumentasikan, Mismari menambahkan.
Dia juga mendesak PBB untuk segera meluncurkan penyelidikan di kuburan massal yang baru-baru ini ditemukan di Tarhuna, tetapi meragukan bahwa upaya semacam itu akan berhasil karena kontrol milisi terhadap kota. (Althaf/arrahmah.com)