TRIPOLI (Arrahmah.com) – Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Libya yang diakui PBB menolak inisiatif perdamaian untuk negara yang diajukan oleh Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi pada hari Sabtu (6/6/2020), menurut laporan media, Minggu (7/6).
Pada hari Sabtu, Presiden al-Sisi bertemu dengan komandan Jenderal Khalifa Haftar, yang memimpin Tentara Nasional Libya (LNA), yang telah berperang melawan GNA untuk menguasai negara.
Setelah pertemuan itu, al-Sisi mengumumkan Inisiatif Kairo, sebuah rencana gencatan senjata untuk negara tersebut.
Namun, menurut laporan media pada hari Minggu (7/6), GNA telah menolak gencatan senjata dan terus menekan serangannya terhadap LNA, termasuk di kota pesisir Sirte.
GNA didukung oleh Turki, yang dituduh mengirim ribuan tentara bayaran Suriah ke negara itu, dan sejumlah milisi.
Pada hari Sabtu (6/6), Um Khalid, seorang ibu dari enam anak terlantar dari pedesaan selatan Idlib Suriah, mengatakan kepada statsiun berita Al Hadath, bahwa anak-anaknya dibujuk untuk pergi ke Libya dengan kedok bahwa mereka akan dibayar memadai demi menghidupi keluarga mereka.
“Jangan biarkan siapa pun datang [ke Libya]. Situasi [di Libya] adalah hidup atau mati. Jangan biarkan siapa pun datang [ke Libya] setelah saya. Itu semua bohong, tidak ada uang,” kata Um Khalid mengutip penuturan putranya. (Althaf/arrahmah.com)