JAKARTA (Arrahmah.com) – Pakar politik dan hukum Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam, mempertanyakan keberadaan Stafsus Milinial di lingkaran istana. Apakah keberadaan mereka berkaitan dengan gelaran Pilpres 2019 yang memenangkan Jokowi-Maruf.
Mundurnya dua Staf Khusus Presiden, yakni Andi Taufan Garuda Putra dan Adamas Belva Syah Devara usai berpolemik makin menguatkan adanya tujuan lain di balik pembentukan Stafsus Milenial yang baru ada di era pemerintahan Jokowi-Maruf.
“Jangan-jangan memang Jokowi dan sekelilingnya ingin menggunakan tangan Stafsus untuk mengeruk keuangan negara? Saya tidak tahu apa pertimbangan Jokowi sehingga mengangkat mereka sebagai Stafsus. Apakah mereka ini memiliki saham atas kemenangan Jokowi pada 2019 silam?” ucap Saiful Anam, sebagaimana dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (24/4/2020).
Sejak pembentukannya, lanjut Saiful, kedudukan Stafsus tidak jelas dan cenderung bertabrakan dengan fungsi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Sekretariat Negara, dan Sekretariat Kabinet yang sudah terlebih dahulu ada.
“Sebaiknya Jokowi lebih mengefisiensi anggaran negara melalui pemangkasan birokrasi di sekelilingnya dan memanfaatkan lembaga yang sudah ada,” pesannya.
Menurut Saiful, jabatan Stafsus saat ini juga mengakibatkan terbentuknya kantong-kantong kekuasaan baru yang saling bertentangan dengan semangat perampingan birokrasi yang pernah dijanjikan Jokowi.
“Saya kira kalau mereka memiliki rasa malu di tengah hantaman gelombang moral hazard yang ditunjukkan oleh Stafsus, maka saya menyarankan seluruh Stafsus mundur dari jabatannya di tengah sulitnya keuangan negara,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)