Harian The Times edisi Senin pagi (18/12) menyebutkan bahwa kesimpulan awal hasil otopsi mayat Litvinenko menunjukkan kadar polonium-210 sebanyak 10 kali lipat dari dosis mematikan, sebagian besar ditemukan di cairan urine.
Sebagaimana diketahui, Litvinenko dikabarkan jatuh sakit pada 1 November dan meninggal 23 November. Beberapa temannya menyebut Kremlin berada di balik pembunuhan itu, namun Russia berulang kali menolak telah terlibat dalam kasus kematian mantan mata-matanya itu.
“Anda tidak dapat membeli dalam jumlah sebanyak ini dari internet maupun mencuri dari laboratorium tanpa menyebabkan kehebohan, jadi hanya dua kemungkinan yaitu dari reaktor nuklir atau punya hubungan sangat erat dengan penyelundup di pasar gelap,” kata seorang sumber keamanan Inggris kepada harian tersebut.
United Nuclear Scientific Supplies yang bermarkas di New Mexico dan merupakan satu dari sedikit perusahaan yang boleh menjual polonium-210 di internet, mengatakan butuh 15 ribu unit isotop itu untuk membunuh satu orang.
Setiap unit harganya 69 dolar, berarti dibutuhkan biaya lebih dari satu juta dolar untuk membuat satu dosis yang mematikan dan lebih dari 10 juta dolar untuk dosis yang telah membunuh Litvinenko, tulis harian itu.
The Times juga mengatakan para detektif Inggris sedang berada di Moskow untuk melanjutkan penyelidikan dan akan kembali ke Inggris pekan mendatang.
Harian itu mengutip keterangan dari sumber keamanan bahwa para pejabat Rusia menolak menjawab pertanyaan tentang Andrei Lugovoi dan Dmitri Kovtun — keduanya bertemu Litvinenko saat dia jatuh sakit– yang diajukan para detektif Inggris.
Mereka belum mengajukan keluhan karena pentingnya kasus ini terhadap hubungan diplomatik Inggris dengan Rusia.
Masuk Islam
Alexander Litvinenko adalah mantan agen dinas rahasia Rusia (FSB), tewas dengan dugaan racun polonium 210. Sebelum tewas, Litvinenko dikabarkan sudah memeluk Islam.
Upacara pemakamannya dilakukan secara rahasia yang dihadiri sedikitnya 30 kerabat dekat Litvinenko. Upacara pemakaman dilangsungkan di kawasan utara London. Upacara terpisah untuk menghormatinya yang terakhir kali juga diselenggarakan di Masjid Taman Regent, London.
Ayah Litvinenko, Walter, dilaporkan menghadiri upacara di masjid tersebut bersama pentolan pejuang Chechnya, Akhmed Zakayev. Kerabat Litvinenko mengatakan, ayah tiga anak itu sudah menjadi Muslim sebelum meninggal. Hal yang sama diungkapkan Walter kepada Radio Free Europe, beberapa waktu lalu. “Litvinenko masuk Islam dua hari sebelum ajal menjemput,” kata Walter. [cha, berbagai sumber]