INDORE (Arrahmah.com) – Sebuah video yang menunjukkan petugas kesehatan dilempari batu ketika mereka diusir dari suatu daerah di India menjadi viral pada Kamis (2/4/2020), membuat negara tersebut dilandai badai kecaman global.
Insiden tersebut terjadi di daerah Tatpatti Bakhal, yang menjadi pusat kasus virus corona di kota Indore, sebuah kota di pusat negara bagian India Madhya Pradesh.
Dari lima petugas kesehatan, yang berada di daerah itu untuk memeriksa pasien yang diduga COVID-19, dua dokter wanita mengalami cedera.
Dalam hitungan jam, polisi mengamankan tujuh orang yang diduga menjadi dalang atas insiden tersebut.
“Petugas kesehatan yang menghadapi serangan kekerasan selama pandemi ini adalah puncak kegilaan. Insiden kekerasan merusak kepercayaan kita, dan membuat kita ragu apakah orang-orang di negara ini bahkan layak atas upaya kita,” Dr. Harjit Singh Bhatti, presiden Progresif Medicos dan Forum Ilmuwan, mengatakan dalam percakapan dengan Anadolu Agency.
“Saya tahu kami, para dokter, di bawah sumpah untuk melayani tanpa diskriminasi atau harapan, tetapi kerja sama dan dukungan dari masyarakat adalah kebutuhan mendasar semua profesional. Kami bekerja berjam-jam, mengorbankan makanan, tidur, kehidupan pribadi, dan waktu bersama keluarga,” imbuhnya.
“Jika orang terus melecehkan dan menyakiti kita, kita tidak akan dapat melakukan tugas dengan percaya diri. Persaudaraan medis meminta semua orang untuk bekerja sama dengan petugas perawatan kesehatan dan meminta pemerintah untuk memberikan kita perlindungan,” pungkasnya.
Akibat beberapa serangan kekerasan terhadap petugas kesehatan yang terjadi di India selama sepekan terakhir, beberapa organisasi yang mewakili profesional kesehatan telah meminta Kementerian Dalam Negeri untuk melindungi tenaga medis di negara itu.
Pada 1 April, dokter di sebuah rumah sakit di negara bagian Telangana selatan diserang oleh kerabat pasien COVID-19 setelah kematiannya.
“Serangan terhadap para dokter di Telangana yang merawat pasien COVID-19 sangat mengecewakan. Sangat mengesalkan mengetahui bahwa kejadian seperti itu terus berlanjut bahkan ketika negara ini sedang melewati pandemi masif ini. Tindakan semacam itu akan menghancurkan moral pekerja garis depan yang dikerahkan,” tulis Asosiasi Dokter Tetap dalam sebuah surat untuk kementerian. (rafa/arrahmah.com)