JALUR GAZA (Arrahmah.com) – Dengan sembilan kasus COVID-19 yang terdeteksi di Jalur Gaza Palestina sejauh ini, para ahli memperingatkan bencana yang akan terjadi di wilayah yang menampung dua juta penduduk.
Ironisnya, tujuh kasus baru, yang terdeteksi pada Rabu (25/3/2020) menimpa pejabat keamanan, yang menjaga fasilitas karantina di kota Rafah di perbatasan Mesir, ungkap Kementerian Kesehatan Palestina.
Awal pekan ini, dua lelaki, yang kembali dari Pakistan dinyatakan positif. Mereka segera diisolasi di fasilitas karantina.
Poin plusnya adalah bahwa orang yang terinfeksi tidak diizinkan memasuki Jalur Gaza. Mereka dihentikan di perbatasan Mesir dan dikarantina di rumah sakit lapangan di kota Rafah.
Otoritas Palestina telah mengkonfirmasi 75 kasus virus corona di Tepi Barat. Sehingga total kasus di wilayah Palestina yang menggabungkan Tepi Barat dan Gaza mencapai 84.
Menurut kementerian, sistem kesehatan di wilayah itu sangat tidak memadai, karena hanya memiliki 60 tempat tidur perawatan intensif untuk dua juta penduduk.
Blokade “Israel” telah membuat sistem kesehatan Jalur Gaza sangat rapuh. Para ahli percaya bahwa wilayah miskin itu menderita kekurangan pasokan medis yang parah seperti alat pernapasan dan perawatan intensif.
Berbicara kepada Anadolu Agency, Dr. Rami Abadla, konsultan dan direktur departemen pencegahan dan pengendalian infeksi mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan di Gaza telah mentransfer beberapa pasokan dan perangkat dari rumah sakit umum yang berbeda ke rumah sakit lapangan di Rafah, yang kini menampung sembilan pasien yang dikarantina.
“Rumah sakit Gaza kekurangan fasilitas medis dasar untuk merawat pasien coronavirus. Dalam kasus wabah penyakit, sistem medis akan gagal dan akhirnya runtuh di wilayah yang diblokade. Karena pembatasan yang diberlakukan oleh ‘Israel’, rumah sakit kekurangan peralatan sterilisasi dan peralatan medis penting lainnya,” katanya.
Qatar telah menawarkan dukungan finansial sebesar 150 juta USD kepada Jalur Gaza, yang akan dicairkan selama enam bulan ke depan untuk mengatasi pandemi coronavirus. Pihak berwenang berencana membangun 500 unit karantina di Rafah. (rafa/arrahmah.com)