LIBANON (Arrahmah.com) – Pengungsi Suriah Mohamed Al-Bakhas melakukan yang terbaik untuk melindungi keluarganya dari virus corona (Covid-19) dengan menjaga kamp mereka sebersih mungkin. Tetapi tanpa sabun yang cukup atau uang untuk membeli pembersih atau masker wajah, ada begitu banyak hal yang harus dia lakukan.
“Mereka memberi kami sesi kesadaran dan sebatang sabun, tetapi ini tidak cukup,” kata Bakhas (40), merujuk pada pekerja bantuan yang mengunjungi kampnya di Libanon utara minggu ini.
“Kami meminta desinfektan, pembersih untuk kamp. Kami adalah kelompok besar,” kata Bakhas, yang pindah ke Libanon dari Homs di Suriah delapan tahun lalu dan tinggal bersama istri dan anaknya, seperti dilansir Reuters (19/3/2020).
Libanon telah mencatat 149 kasus Covid-19. Empat orang telah meninggal karena virus tersebut sejauh ini.
Belum ada kasus yang tercatat di antara para pengungsi Suriah, yang jumlahnya sekitar 1 juta dari populasi Libanon sebanyak 6 juta.
Ketika sistem kesehatan masyarakat Libanon berjuang dengan wabah itu, pemerintah khawatir tentang penyebaran virus ke kamp-kamp untuk pengungsi Suriah dan Palestina.
Menteri Kesehatan Hamad Hassan mengatakan perawatan kesehatan pengungsi adalah tanggung jawab bersama oleh badan-badan negara dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, tetapi ia mengatakan masyarakat internasional lambat bereaksi terhadap krisis.
“Komunitas internasional dengan agen-agen PBB agak terlambat dalam meletakkan rencana, berpikir untuk membangun rumah sakit lapangan atau mendukung kementerian kesehatan sehingga dapat melaksanakan kewajibannya terhadap rakyatnya, masyarakat Libanon selain saudara-saudara Palestina dan Suriah,” kata Hamad.
Badan pengungsi UNHCR mengatakan upaya untuk memerangi penyebaran virus corona ke komunitas pengungsi telah dimulai sejak awal.
Kampanye penyadaran dan distribusi bahan-bahan kebersihan sedang berlangsung dan persiapan sedang dilakukan untuk kapasitas rawat inap tambahan yang mungkin diperlukan.
“Kita semua bekerja sepanjang waktu,” kata Lisa Abou Khaled, petugas komunikasi di UNHCR di Libanon.
Mengingat kepadatan populasi yang tinggi di kamp-kamp tersebut, Hamad mencatat kesulitan menjaga kebersihan pribadi dan mengatakan penyebaran coronavirus adalah bahaya nyata.
Rumah sakit lapangan akan memungkinkan isolasi dan perawatan yang terinfeksi.
“Komunitas internasional dan lembaga-lembaga PBB harus segera mempersiapkan lahan untuk menyelamatkan komunitas-komunitas ini seandainya virus itu menyebar di antara mereka,” katanya. (haninmazaya/arrahmah.com)