MOSKOW (Arrahmah.com) – Microsoft Corporation yang membeli Skype pada awal Mei, tidak menghalangi transfer algoritma kriptografi untuk layanan internet teleponi ke dinas keamanan Rusia.
“Saya ingin melakukannya,” ujar presiden Microsoft Rusia, Nikolai Pryanishnikov. Seperti dilaporkan oleh kantor berita Interfax, Pryanishnikov menekankan bahwa masalah ini belum dibahas.
“Kami harus melalui beberapa tahapan integrasi dari Skype,” lanjutnya.
Ia mencatat bahwa keseluruhan pendekatan Microsoft di Rusia adalah “kerjasama dan kemitraan dengan negara”.
Secara khusus, Microsoft telah lama mengungkapkan kode produk perangkat lunaknya untuk jasa keamanan Rusia (FSB). “Kami mengembangkan laboratorium bersama kami dengan FSB,” katanya.
Perlu diingat bahwa pada bulan April, kepala komunikasi khusus FSB, Alexander Andreechkin, mengatakan bahwa FSB prihatin dengan pengoperasian Gmail, Skype dan layanan internet lainnya di Rusia yang menggunakan algoritma enkripsi asing. Dalam pandangannya, layanan ini bisa menimbulkan ancaman keamanan nasional Rusia, karena mereka menggunakan algoritma enkripsi yang tidak tersedia untuk dideskripsi oleh dinas rahasia.
Seperti yang dijelaskan oleh Ilya Massuh, Deputi Menteri Perhubungan, FSB mengusulkan untuk melarang penggunaan layanan ini di rusia, menjelaskan bahwa penggunaan enkripsi membuatnya sulit untuk mempertahankan tindakan operasi.
Pada akhirnya, diumumkan bahwa kelompok kerja dibuat pada 1 Oktober, yang harus membuat proposal kepada pemerintah Federasi Rusia untuk menyelesaikan masalah penggunaan alat-alat kriptografi dalam jaringan komunikasi publik.
Dapat disebutkan dalam konteks ini bahwa dinas keamanan telah lama belajar untuk mendengarkan dan mencegat lalu lintas Skype.
Hal ini, secara khusus dilaporkan oleh Wall Street Journal baru-baru ini.
Skype yang menyediakan layanan telepon internet yang paling populer di kalangan para “pembangkang” di seluruh dunia yang yakin bahwa sistem unik enkripsi informasi tertanam dalam program dan akan memastikan keamanan untuk pembicaraan mereka dan melindungi mereka dari “gangguan” badan intelijen.
Oposisi Mesir menggunakannya untuk mengatur protes di Tahrir Square, yang berhasil menurunkan rezim boneka Mubarak. Selain itu, para pemimpin dan ideologis dari kerusuhan yang melanda hampir seluruh dunia Arab, mengatur konferensi video melalui Skype, mengirim pesan dan memanggil satu sama lain menggunakan program ini karena mereka percaya bahwa itu sangat “ketat”.
Namun, Wall Street Journal menemukan bahwa tentara keamanan berhasil memecahkan kode program yang dikembangkan oleh Niklas Zennstrom dari Swedia dan Janus Friis dari Denmark.
Menurut harian tersebut, bulan Maret ini, kelompok oposisi berhasil menembus markas besar keamanan Mesir, Amn Al Dowla.
Saat ini jumlah pengguna Skype aktif mencapai 663 juta orang di seluruh dunia. (haninmazaya/arrahmah.com)