Pada dasarnya, muamalah antara Muslim dengan non Muslim adalah diperbolehkan dalam islam. Bahkan Rasulullah memberi banyak tauladan mengenai hal yang satu ini. Hal inilah yang coba dilakukan oleh komunitas Muslim di Amerika dalam rangka menjalin hubungan baik dengan agama lain.
Aktivis Muslim Amerika dan Kristen bekerja sama dalam menggalang dana dan membangun sebuah rumah bagi keluarga tunawisma di Longview, Washington. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memulihkan diri dari trauma pembunuhan mematikan yang dituduhkan pada seorang prajurit Muslim (Mayor Hasan Malik Nidal) baru-baru ini.
“Mereka semua telah datang bersama-sama menggalang $45.000 untuk membangun rumah ini,” kata Sabrina Kirkland, seorang koordinator pengembangan sumber daya dengan Habitat for Humanity, sebuah organisasi nirlaba yang membantu orang-orang membangun perumahan yang terjangkau, kepada News13 pada selasa (6/6/2011) lalu.
Aktivis Muslim dan Kristen bekerja berdampingan, layaknya pekerja bangunan, mereka memalu dan menyekop untuk mendirikan dinding bangunan baru untuk rumah keluarga Mercedes Andrews.
Sebagian kaum Muslim Amerika melihat upaya tersebut sebagai kesempatan untuk memproyeksikan citra yang benar tentang diri mereka sendiri dan agama mereka, terutama setelah serangan Fort Hood.
“Kita harus keluar dan membiarkan orang tahu bahwa ini adalah tindakan satu orang, yang tindakannya tidak kita setujui, yang kita tidak maafkan, dan bukan merupakan bagian dari Islam,” kata Ima Abdula Sykes, direktur sebuah cabang lokal Masyarakat Islam.
“Ini adalah mengapa kita di sini, sehingga orang dapat melihat siapa kita sebenarnya.”
Gerakan itu dilakukan seminggu setelah penembakan oleh prajurit tentara Muslim di pangkalan militer Fort Hood di Texas.
Mayor Hasan Malik Nidal melakukan penembakan pada November 2009 silam yang menewaskan 13 orang dan melukai 30 lainnya. Dia didakwa dengan 13 tuntutan pembunuhan berencana.
“Setiap kali sesuatu seperti itu terjadi, itu menimbulkan kecemasan dalam masyarakat kita,” kata Sykes.
Penembakan itu mendapat kecaman dari sebagian Muslim Amerika, dan dianggap sebagai tindakan individu dan tidak ada hubungannya dengan Islam. Setelah serangan itu, organisasi-organisasi Muslim mengumpulkan dana untuk membantu keluarga korban.
Kerjasama Muslim-Kristen tersebut telah membawa senyum di wajah Andrews, seorang perawat, dan seluruh keluarga.
“Oh, Tuhan, saya mendapat rumah!” kata Andrews dengan gembira.
Rumah baru, yang diperjuangkan oleh West Habitat for Humanity dan St Luke’s United Methodist Church, diharapkan siap dalam dua minggu.
Keluarga itu akan pindah ke rumah baru mereka tersebut pada bulan Maret. Sebelumnya, Andrews selalu bermimpi memiliki rumah yang stabil bagi anak-anaknya.
“Kami sudah seringkali berpindah, dan berusaha untuk mengikuti perekonomian. Keadaan sudah sangat berat. Jadi ini adalah cahaya di ujung terowongan.”
Semenjak badai keuangan yang melanda AS dan dunia pada September 2008, setelah runtuhnya Lehman Brothers, salah satu raksasa Wall Street, keadaan ekonomi negara tersebut semakin memprihatinkan –untuk ukuran orang Amerika tentunya–.
Krisis tersebut telah menjatuhkan banyak perusahaan besar di seluruh dunia, menyebabkan menumpuknya orang-orang yang kehilangan pekerjaan, jatuhnya kekayaan rumah tangga dan memaksa konsumen untuk menahan pengeluaran, meski untuk memenuhi kebutuhan primer mereka.
Perkiraan menunjukkan bahwa lebih dari tiga juta orang kehilangan tempat tinggal tahun lalu selama krisis ekonomi.
“Saya mendapatkan sebuah rumah, dan saya tidak pernah harus pindah lagi, saya sangat bahagia,” Kata Andrew.
Saling membantu sesama manusia meskipun non muslim memang diperbolehkan. Sayangnya sebagian Muslim Amerika tidak memahami, bahwa penembakan yang dilakukan anggota militer Muslim itu bisa jadi dalam rangka perang. Karena penembakan dilakukan di pangkalan militer, maka korban dan target penembakan pastilah orang-orang militer –yang notabene– memerangi kaum Muslim.
Meskipun tidak memerangi kaum Muslim di Amerika secara langsung, tetapi peran militer AS dalam menoreh sejarah ketertindasan kaum muslimin di seluruh dunia terutama kawasan Timur Tengah tidak bisa diabaikan begitu saja.
Bahkan semenjak George Bush mengajukan pilihan pada ‘masyarakat dunia’ dengan kalimat yang jelas, “Anda bersama kami atau bersama mereka (‘teroris’)?”, Dimana teroris disini sudah jelas-jelas mengacu pada para pejuang yang menegakkan Kalimah Allah.
Maka sebagai Muslim hanya satu pilihan yang bisa kita ambil, berdiri di belakang Amerika dengan slogan liberalisme dan demokrasi bejat mereka, atau berjuang atau setidaknya membela saudara seiman kita yang ‘berusaha memberi keadilan bagi saudara muslim mereka di Timur Tengah yang terjajah’.
Maka kasus penembakan di pangkalan militer bisa jadi merupakan bentuk jihad bagi Mayor Hasan Malik Nidal, karena jelas ia telah membunuh para tentara yang memusuhi agama Allah. Wallohua’lam. (rasularasy/arrahmah.com)