HUBEI (Arrahmah.com) – Sebanyak 2.641 kasus baru terkait virus corona terdeteksi pada Sabtu (15/2/2020) di saat Cina tengah berusaha meningkatkan langkah-langkah pencegahan terhadap penyebaran virus tersebut dan meyakinkan publik yang semakin gelisah.
Jumlah total kematian di daratan Tiongkok sebanyak 1.523 jiwa. Sedangkan jumlah kasus yang dikonfirmasi di negara itu sekarang mencapai 66.492, ungkap Komisi Kesehatan Nasional Cina, sebagaimana dilansir Daily Sabah.
Virus corona yang awalnya mewabah di Wuhan telah menyebar ke seluruh dunia sejak kasus pertama terdeteksi di Cina pada pertengahan Desember lalu. Sebanyak 25 negara di luar Cina telah terjangkit virus tersebut. Mesir pada Jumat (14/2) mendeteksi infeksi pertama yang terjadi di benua Afrika.
Otoritas kesehatan Hubei mengatakan dalam pemberitahuan bahwa metode baru diadopsi untuk memfasilitasi perawatan sebelumnya bagi mereka yang diduga terinfeksi.
Partai Komunis yang berkuasa berusaha untuk membangun kepercayaan publik yang runtuh pada tahun 2002 dan 2003 ketika epidemi SARS melanda negara tersebut.
“Pertarungan saat ini melawan epidemi virus corona adalah ujian utama sistem dan kapasitas Cina untuk pemerintahan,” kata Presiden Cina Xi Jinping dalam pertemuan Komite Sentral Partai Komunis pada Jumat (14/2), lapor media pemerintah setempat.
“Menanggapi kekurangan demi kekurangan yang disebabkan oleh epidemi, pemerintah harus bekerja untuk memperkuat area yang dianggap lemah dan menutup celah penyebaran virus,” kata Xi.
Cina telah memberlakukan langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sebuah kampanye besar-besaran untuk menahan virus itu. Kota-kota di Hubei yang dihuni lebih dari 60 juta telah diblokir, transportasi keluar dan masuk kota tersebut dihentikan dan hampir semua kegiatan publik ditangguhkan.
Orang-orang yang kembali ke Beijing sekarang harus mengisolasi diri mereka sendiri di rumah atau di daerah terkonsentrasi untuk pengamatan medis, kata pemberitahuan dari kelompok kerja pencegahan dan kontrol ibu kota Cina yang diterbitkan oleh media pemerintah Jumat malam.
Pemberitahuan itu memperingatkan akan ada konsekuensi hukum bagi mereka yang tidak mematuhi karantina selama 14 hari. Sementara orang-orang Beijing yang kembali sebelumnya diperintahkan untuk “mengkarantina diri sendiri” selama dua minggu.
Para pejabat Cina telah memperingatkan bahwa COVID-19 dapat menyebar lebih jauh ketika orang-orang kembali ke tempat kerja mereka yang terletak di kota-kota atau provinsi lain setelah liburan Tahun Baru Imlek.
Untuk mengakomodasi banyaknya kasus yang dikonfirmasi, pemerintah Hubei telah membangun rumah sakit darurat dan mengambil alih fasilitas umum lainnya untuk menampung pasien.
Pada jumpa pers yang digelar di Wuhan pada Sabtu (15/2), kepala komisi kesehatan provinsi Hubei yang baru diangkat, Wang Hesheng, mengatakan mereka bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada satupun pasien yang pergi tanpa perawatan.
Bulan lalu, masyarakat Cina marah ketika penduduk Wuhan, membagikan video online yang menunjukkan rumah sakit yang penuh sesak dan orang-orang yang ditolak untuk mendapat perawatan. Beberapa menulis di platform Weibo mengatakan bahwa anggota keluarga mereka menunjukkan gejala terinfeksi virus corona, tetapi mereka tidak bisa diuji laboratorium karena kapasitas rumah sakit tidak memadai. (rafa/arrahmah.com)