KASHMIR (Arrahmah.com) – Khalida Shah berbicara dengan pedih tentang almarhum ayahnya Sheikh Muhammad Abdullah, seorang pemimpin Kashmir modern paling berpengaruh yang warisannya yang disengketakan, menjadikannya pahlawan bagi sebagian orang dan penjahat di mata yang lain.
Selama beberapa dekade, ulang tahun Sheikh Abdullah yang jatuh pada tanggal 5 Desember menjadi hari libur negara bagian di Kashmir yang dikelola India. Tetapi sekarang hari libur tersebut telah dihapus dari kalender oleh pemeritnahan New Delhi, yang melucuti wilayah mayoritas Muslim tersebut dari otonomi terbatas enam bulan lalu.
“Ini benar-benar menyakitkan,” kata Shah (84) di rumahnya yang terletak di kota utama Srinagar. Shah juga menjadi tahanan rumah sejak Agustus tahun lalu sebagai bagian dari tindakan keras pemerintah terhadap politisi Kashmir, sebagaimana dilansir Al Jazeera pada Rabu (5/2/2020).
Saudaranya Farooq Abdullah dan keponakannya Omar Abdullah, keduanya mantan menteri, telah ditahan sejak Agustus.
“Pemerintah India berusaha menghapus sejarah Kashmir dengan melakukan ini,” katanya mengacu pada penghapusan perayaan ulang tahun Abdullah oleh Partai Nasionalis Hindu India yang memerintah, Partai Bharatiya Janata (BJP).
Pada 5 Agustus tahun lalu, Perdana Menteri Narendra Modi, yang telah berkampanye menentang status khusus untuk Kashmir, memutuskan untuk membatalkan Pasal 370 dan 35A konstitusi, ketentuan konstitusional yang dijamin oleh Abdullah 70 tahun yang lalu.
Pasal 370 memungkinkan Kashmir memiliki benderanya sendiri, konstitusi yang terpisah, dan kebebasan untuk membuat undang-undang.
Aktivis Kashmir khawatir penghapusan status khusus kemungkinan akan membuka pintu untuk perubahan demografis di wilayah mayoritas Muslim, karena orang luar sekarang dapat membeli tanah dan menetap di wilayah tersebut.
Banyak masyarakat yang menentang keputusan pemerintah Modi untuk menghapuskan libur Hari Syahid yang diperingati pada 13 Juli menandai tewasnya 22 orang dalam protes terhadap raja Hindu Kashmir pada 1931.
Bangkitnya Syekh Abdullah dimulai pada tahun 1931 ketika ia memimpin rakyat Kashmir menentang raja Dogra pada saat itu, Hari Singh, sehingga menjadikannya pahlawan.
Pemimpin Kashmir, yang berjuang untuk pemerintahan sendiri, kemudian setuju dengan keputusan Hari Singh untuk bergabung menjadi bagian negara India dengan syarat referendum akan menentukan masa depan wilayah mayoritas Muslim tersebut. (rafa/arrahmah.com)