BOGOR (Arrahmah.com) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan bahwa bencana longsor yang terjadi di Sukajaya, juga Jasinga, Bogor, Jawa Barat, sangat masif, seperti es krim yang meleleh.
Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan hal tersebut berdasarkan pantauan yang dilakukan melalui helikopter.
“Longsornya itu sangat masif. Kalau kita boleh pinjam istilah itu seperti es krim yang meleleh,” ujar Doni usai pantauan di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta (Sabtu/18/2020).
Doni mengungkapkan, berdasarkan pantauan yang dilakukan bersama sejumlah pihak, yaitu Wakapolri Komjen Pol Gatot Purnomo, Bupati Bogor Ade Yasin, hingga Dandim Bogor, juga perwakilan KLHK, rombongan, melihat keberadaan ratusan bangunan tenda biru. Bangunan-bangunan itu adalah tambang emas ilegal yang ditengarai membuat keseimbangan alam terganggu.
“Di kawasan Gunung Halimun, itu ditemukan ada ratusan bangunan-bangunan bertenda biru, yang semula digunakan oleh, istilahnya gurandil, petambang,” terang Doni.
Polisi sudah mulai melakukan penegakan hukum terhadap para pengusaha tambang. Sementara masyarakat akan dijadikan pembudidaya tanaman bernilai ekonomi yang tidak akan mengganggu keseimbangan alam Bogor.
“Ini tentunya tidak bisa dibiarkan. Oleh karenanya, kita mencari solusi yang juga tidak menimbulkan masalah sosial di hutan, seperti masyarakat tiba-tiba kehilangan pekerjaannya,” pungkasnya.
Sebelumnya, ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor, Rudi Susmanto, mengaku terkejut dengan besarnya dampak longsor yang terjadi di Kecamatan Sukajaya. Setelah mendapat laporan dan hasil kajian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) relokasi pun perlu segera dilakukan.
Ia mengatakan hasil kajian PVMBG, khususnya di Kecamatan Sukajaya termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah hingga tinggi.
Dengan kata lain, Sukajaya mempunyai potensi yang sangat riskan sekali terhadap longsor. Lalu pada sejumlah zona yang dikaji oleh PVMBG, dapat terjadi gerakan tanah atau longsor besar jika curah hujan sangat tinggi seperti yang terjadi pada 1 Januari 2020.
(ameera/arrahmah.com)