PARIS (Arrahmah.com) – Presiden Perancis, Emmanuel Macron, mengumumkan pada Senin (13/1/2020) bahwa Paris akan mengirim 220 pasukan tambahan ke wilayah Sahara Besar, dalam upaya untuk memerangi pemberontakan Islam.
“Kami tidak punya pilihan. Kami butuh hasil,” kata Macron setelah pertemuan puncak dengan para pemimpin G5 Sahel – Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania, dan Nigeria -, yang dikutip oleh Reuters.
“Saya telah memutuskan untuk menggunakan kemampuan tempur tambahan, 220 tentara akan memperkuat pasukan Barkhane”, Macron menekankan.
Prancis saat ini mengerahkan sekitar 4.500 tentara di wilayah itu, menurut laporan media.
Dalam sebuah pernyataan bersama, keenam pemimpin itu mengatakan mereka akan memfokuskan upaya mereka terhadap gerilyawan Islam di wilayah itu dan mendesak Washington untuk melanjutkan dukungan logistik pasukan mereka.
Pada Agustus 2014, Operasi Barkhane diluncurkan oleh Perancis, Mali, Burkina Faso, dan sejumlah negara regional lainnya, untuk memerangi berbagai kelompok “militan” yang aktif di wilayah Sahel di Afrika.
Tahun lalu, gerilyawan menyerang sebuah kamp militer di Niger barat, dekat perbatasan Mali, menewaskan sedikitnya 70 tentara, dengan 30 lainnya hilang. Serangan itu terjadi di daerah kamp militer Inates, dengan penyerang dilaporkan mengelilingi kamp dalam kelompok-kelompok kecil yang hanya terdiri dari 10 orang.
Serangan itu adalah salah satu yang terbesar dalam pertempuran melawan “terorisme” dan mengakibatkan korban dalam sejarah Nigeria modern. (Althaf/arrahmah.com)