BEIRUT (Arrahmah.com) – Pemimpin “Hizbullah” Hassan Nasrallah bersumpah akan menargetkan pasukan AS di kawasan sebagai pembalasan atas pembunuhan komandan Garda Revolusi Iran, Qassem Soleimani, dalam serangan pesawat tak berawak AS pekan lalu.
Pada Jum’at (3/1/2020), Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis (wakil pemimpin milisi Irak Hashd Al-Shaabi), tewas dalam serangan AS.
“Militer Amerika yang membunuh mereka dan merekalah yang akan membayar harganya,” kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan dihadapan kerumunan besar orang di pinggiran selatan Beirut, basis kelompok yang didukung Iran di Libanon, lansir Al Jazeera (5/1).
Dia mengatakan target termasuk “pangkalan militer AS, tentara, perwira dan kapal perang”.
Suara pemimpin “Hizbullah” ditenggelamkan oleh nyanyian: “Kematian bagi Amerika” ketika ribuan pendukung yang melambaikan bendera berpakaian hitam melompat-lompat sambil mengepalkan tinju mereka.
Nasrallah kemudian menambahkan bahwa warga sipil tidak boleh ditargetkan.
“Menyentuh warga sipil mana pun di dunia ini hanya akan melayani kebijakan [Presiden AS] Trump,” katanya. Tetapi begitu Trump melihat “peti mati tentara dan perwira Amerika mulai kembali ke rumah” ia akan menyadari bahwa “ia telah kehilangan wilayah”, Nasrallah menambahkan.
Pengamat mengatakan sikap Nasrallah memulai periode baru eskalasi dan konfrontasi langsung antara milisi yang didukung Iran di kawasan yang dikenal sebagai “Poros Perlawanan” dan militer AS.
“Amerika telah memulai jenis konflik baru yang akan berlangsung bertahun-tahun,” kata Karim Makdisi, Ketua Kebijakan Publik dan program Hubungan Internasional di Universitas Amerika di Institut Issam Fares di Beirut, kepada Al Jazeera.
“Sekarang ada misi terbuka yang jelas untuk ‘Poros Perlawanan’: Penghapusan semua pangkalan AS dari kawasan itu. Apakah mereka bisa melakukan itu atau tidak, itu pertanyaan yang berbeda,” tambahnya. (haninmazaya/arrahmah.com)