TRIPOLI (Arrahmah.com) – Sedikitnya 30 orang tewas dan 33 lainnya cedera dalam serangan terhadap akademi militer di ibukota Libya pada Sabtu malam (4/1/2020), kata kementerian kesehatan pemerintah berbasis di Tripoli dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (5/1).
Tripoli, yang dikendalikan oleh Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui secara internasional, menghadapi serangan oleh komandan militer Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar yang dimulai pada bulan April.
Telah terjadi peningkatan serangan udara dan penembakan di sekitar Tripoli dalam beberapa pekan terakhir, dengan kekhawatiran bahwa pertempuran dapat meningkat lebih lanjut setelah parlemen Turki memilih untuk memungkinkan penempatan pasukan demi mendukung GNA.
Pasukan yang bersekutu dengan GNA menggambarkan serangan Sabtu di kamp militer di Al-Hadhba sebagai “pemboman udara” yang diluncurkan oleh saingan mereka di timur. Seorang juru bicara LNA membantah terlibat.
Menteri Kesehatan GNA, Hamid bin Omar, mengatakan kepada Reuters sebelumnya melalui telepon bahwa jumlah korban tewas dan terluka masih meningkat. Juru bicara layanan ambulans Tripoli Osama Ali mengatakan beberapa bagian mayat tidak dapat segera dihitung oleh para ahli forensik.
Sebelumnya, dinas ambulan meminta gencatan senjata sementara untuk mengizinkan krunya mengambil mayat lima warga sipil yang tewas di Jalan As Sidra di Tripoli selatan dan untuk mengevakuasi keluarga.
Tim darurat mengundurkan diri setelah diserang ketika mencoba mengakses daerah itu pada hari Sabtu (4/1), katanya.
Kementerian Luar Negeri GNA menyerukan untuk menyeret Haftar dan para pembantunya ke Pengadilan Kriminal Internasional dengan tuduhan melakukan “kejahatan terhadap kemanusiaan”, menambahkan bahwa ia akan menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas dugaan kejahatan.
Qatar, yang mendukung GNA, mengatakan pada Sabtu (4/1) bahwa serangan itu “mungkin merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan”.
Ankara, yang pekan lalu mengesahkan RUU yang menyetujui penempatan pasukan di Libya untuk mendukung Tripoli, juga mengecam serangan itu dan mengatakan masyarakat internasional perlu mengambil langkah-langkah untuk mencapai gencatan senjata.
“Sangat penting bagi komunitas internasional untuk segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan demi menghentikan dukungan eksternal bagi tentara pro-Haftar dan serangannya serta membangun gencatan senjata di Libya,” kata kementerian luar negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
Misi Dukungan PBB di Libya (UNSMIL) mengutuk serangan itu dengan mengatakan bahwa “meningkatnya eskalasi … semakin memperumit situasi di Libya dan mengancam peluang untuk kembali ke proses politik”.
Menanggapi serangan itu, pasukan sekutu GNA telah menargetkan pangkalan udara LNA Al-Wattia dalam serangan udara, kata seorang jurubicara dalam sebuah pernyataan.
Dua sumber dalam pasukan Haftar mengatakan empat pejuangnya tewas dalam serangan pesawat tanpa awak pada Minggu (5/1).
Peningkatan serangan udara dan penembakan di dalam dan sekitar Tripoli telah menyebabkan kematian setidaknya 11 warga sipil sejak awal Desember dan menutup fasilitas kesehatan dan sekolah, misi AS di Libya mengatakan pada Jumat (3/1).
Roket dan penembakan juga menutup satu-satunya bandara Tripoli yang berfungsi pada hari Jumat (3/1).
Pada hari yang sama (3/1), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperbarui seruannya untuk gencatan senjata langsung di Libya.
Dia memperingatkan bahwa pengiriman dukungan asing kepada pihak-pihak yang bertikai akan “hanya memperdalam konflik yang sedang berlangsung dan semakin mempersulit upaya untuk mencapai solusi politik yang damai dan komprehensif”. (Althaf/arrahmah.com)