ANKARA (Arrahmah.com) – Turki akan menentang rencana NATO untuk membela negara-negara Baltik jika aliansi itu tidak mengakui kelompok-kelompok yang dianggap “teroris” oleh Turki, kata Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Selasa (3/12/2019), menjelang pertemuan puncak aliansi NATO di London.
Hubungan antara Turki dan NATO telah tegang karena sejumlah masalah, mulai dari keputusan Ankara untuk mengadakan sistem pertahanan udara Rusia hingga kebijakan Suriah. Beberapa anggota NATO mengecam keputusan Turki untuk melancarkan serangan ke timur laut Suriah terhadap milisi YPG Kurdi.
Ankara telah menolak untuk mendukung rencana pertahanan NATO untuk Baltik dan Polandia sampai ia menerima lebih banyak dukungan untuk pertempurannya dengan YPG, yang dipandangnya sebagai organisasi “teroris”.
Menjelang keberangkatannya dari Ankara ke KTT NATO, Erdogan mengatakan ia telah berbicara dengan Presiden Polandia Andrzej Duda di telepon pada Senin (2/12) dan telah sepakat untuk bertemu dengannya serta para pemimpin negara-negara Baltik di London untuk membahas masalah tersebut.
“Dengan senang hati, kami bisa berkumpul dan membahas masalah ini juga di sana,” katanya. “Tetapi jika teman-teman kami di NATO tidak mengakui sebagai organisasi teroris yang kita anggap organisasi teroris … kami akan menentang setiap langkah yang akan diambil di sana.”
Sebuah sumber keamanan Turki mengatakan pada Senin (2/12) bahwa Turki tidak “memeras” NATO dengan penolakannya terhadap rencana tersebut dan bahwa ia memiliki hak veto penuh dalam aliansi tersebut.
Turki, Prancis, Jerman, dan Inggris diperkirakan akan mengadakan pertemuan terpisah di sela-sela KTT NATO. Menurut Erdogan, mereka terutama akan membahas rencana Turki untuk membangun zona aman di timur laut Suriah, yang sampai sekarang menuai kritik dari sekutu-sekutu Ankara di Eropa.
Secara terpisah, Turki telah berselisih dengan Yunani dan Siprus atas kepemilikan sumber daya alam lepas pantai di Mediterania timur. Erdogan mengatakan dia juga akan bertemu dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis di London. (Althaf/arrahmah.com)