WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat menilai transisi dari kehadiran militer AS yang kuat di Irak untuk memperluas peran diplomatik “penting” bagi keamanan di Timur Tengah, demikian yang diungkapkan pejabat Amerika Rabu (1/6/2011).
Hanya beberapa bulan sisa waktu yang dimiliki oleh pasukan AS sebelum menarik diri dari Irak, para pejabat senior AS mengatakan mereka berharap para pemimpin Irak akan meminta pasukan untuk tetap tinggal.
“Pembentukan Irak yang stabil, berdaulat dan mandiri adalah penting untuk tampilnya Timur Tengah yang aman, terbuka dan menentukan nasib diri,” kata Patricia Haslach, koordinator transisi Irak di Departemen Luar Negeri AS.
Para pejabat AS menjelaskan bahwa tahun fiskal 2012 yang dimulai 1 Oktober akan melihat mereka lebih mengejar kerja sama politik dan ekonomi pada saat pasukan AS ditarik.
“Tahun anggaran 2012 akan merupakan tahun pertama dari bantuan keamanan normalisasi hubungan dengan Irak,” kata Haslach dalam pernyataan tertulis bersama dengan Deputi Asisten Administrator senior USAID Crowley Christopher dan Kahl Colin, wakil asisten sekretaris pertahanan untuk Timur Tengah.
Lembaga-kembaga dan kantor AS “telah melakukan tingkat koordinasi dan perencanaan transisi di Irak yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tambah mereka.
Ketua subkomite, Steve Chabot, memperingatkan tentang cepatnya penarikan pasukan dari Irak.
Sekitar 45.000 tentara Amerika berada di Irak, yang sebagian besar bertugas pada pelatihan dan membantu mitra Irak mereka, meskipun mereka semua harus mundur pada akhir tahun berdasarkan ketentuan pakta keamanan bilateral.
Seperti berita yang dilansir AFP, awal bulan ini, Perdana Menteri Nuri al-Maliki menyerukan dialog nasional untuk mengukur apakah mereka harus tetap keluar pada 2011, dan Menteri Pertahanan AS Robert Gates mengatakan pada Selasa bahwa ia berharap para pemimpin Irak akan meminta pasukan AS tetap tinggal di sana di luar batas waktu. (rasularasy/arrahmah.com)