DOHA (Arrahmah.com) – Taliban telah menolak klaim Presiden AS Donald Trump bahwa Amerika Serikat telah memulai kembali pembicaraan damai dengan kelompok bersenjata Afghanistan hampir dua bulan setelah proses ini tiba-tiba dihentikan.
“Terlalu dini untuk berbicara tentang dimulainya kembali perundingan untuk saat ini. Kami akan memberikan reaksi resmi kami nanti,” kata juru bicara resmi kelompok itu, Zabihullah Mujahid, kepada kantor berita AFP dalam pesan WhatsApp.
Selama kunjungan dadakannya pada Kamis (28/11/2019) ke pasukan AS di Afghanistan – yang pertama ke negara Asia Selatan sejak menjadi presiden – Trump mengatakan AS sedang “bertemu dengan” Taliban.
“Taliban ingin membuat kesepakatan dan kami akan bertemu dengan mereka. Kami mengatakan negosiasi itu harus berujung gencatan senjata. Mereka tidak ingin melakukan gencatan senjata dan sekarang mereka ingin melakukannya. Saya percaya,” katanya kepada wartawan.
Kunjungan itu terjadi seminggu setelah pertukaran tahanan antara pemerintah Afghanistan dan kelompok bersenjata yang telah meningkatkan harapan bagi perundingan perdamaian yang dilakukan di ibukota Qatar, Doha, sejak tahun lalu.
Seorang warga negara Amerika dan Australia disandera sejak 2016 dirilis sebagai imbalan atas tiga anggota senior Jaringan Haqqani, yang terkait dengan Taliban.
Awal tahun ini, AS mencapai kesepakatan secara prinsip dengan Taliban untuk menarik pasukan dari negara itu dan mengakhiri perang 18 tahun dengan imbalan jaminan keamanan.
Namun dalam langkah mengejutkan pada bulan September, Trump membatalkan pembicaraan setelah seorang tentara Amerika tewas dalam serangan Taliban.
Presiden AS baru-baru ini menyarankan bahwa negosiasi dapat berlangsung lagi.
Selama kunjungan Kamis (28/11), Trump bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, meskipun rincian dari apa yang terjadi dalam pertemuan mereka belum diumumkan kepada publik.
Sekitar 13.000 tentara AS tetap berada di Afghanistan, 18 tahun setelah AS menginvasi negara itu setelah serangan 11 September 2001. (Althaf/arrahmah.com)