TEHERAN (Arrahmah.com) – Ribuan orang Iran meneriakkan “Matilah Amerika” di dekat kedutaan besar AS pada Senin (4/11/2019), peringatan 40 tahun perebutan kedubes tersebut dan sehari setelah pemimpin tertinggi Iran bersumpah tidak akan mencabut larangan bernegosiasi dengan Amerika Serikat.
Televisi pemerintah menunjukkan kerumunan orang memenuhi jalan-jalan di sekitar tempat yang sempat menjadi kedubes AS sebelumnya, yang dijuluki “sarang mata-mata” setelah revolusi Iran 1979. Pawai dan demonstrasi diadakan di sekitar 1.000 komunitas di seluruh negeri, kata media pemerintah.
Sekelompok mahasiswa menyerbu kedutaan segera setelah jatuhnya Shah yang didukung AS, dan 52 orang Amerika disandera di sana selama 444 hari. Kedua negara telah menjadi musuh sejak saat itu.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khomeini pada Minggu (3/11) memperbaharui larangan pembicaraan dengan Amerika Serikat, menggambarkan kedua negara sebagai musuh yang tidak bisa ditembus.
“Mereka yang percaya bahwa negosiasi dengan musuh akan menyelesaikan masalah kita adalah 100% salah,” tuturnya.
Sementara itu, parlemen Iran memberikan persetujuan awal untuk langkah yang mengharuskan sekolah-sekolah untuk membahas “kejahatan Amerika”. Anggota parlemen juga meneriakkan “Kematian bagi Amerika”.
Hubungan antara kedua negara telah mencapai krisis selama setahun terakhir sejak Presiden AS Donald Trump meninggalkan pakta 2015 antara Iran dan kekuatan dunia di mana ia menerima pembatasan untuk program nuklirnya dengan imbalan mencabut sanksi.
Amerika Serikat telah menerapkan kembali sanksi yang ditujukan untuk menghentikan semua ekspor minyak Iran, dengan mengatakan pihaknya berusaha memaksanya untuk bernegosiasi dalam rangka mencapai kesepakatan yang lebih luas.
Khomeini telah melarang pejabat Iran mengadakan pembicaraan kecuali Amerika Serikat kembali ke kesepakatan nuklir dan mencabut semua sanksi. (Althaf/arrahmah.com)