BAGHDAD (Arrahmah.com) – Para pelajar di Irak telah bergabung dalam demonstrasi anti-pemerintah di Baghdad bersama ribuan lainnya, mereka menentang tindakan keras aparat yang telah yang menewaskan banyak orang selama akhir pekan dan serangan malam tadi oleh pasukan keamanan yang berusaha membubarkan mereka.
Akibat aksi tersebut beberapa sekolah dan universitas memutuskan untuk menutup pintu dan gerbang sekolah, kata para aktivis pada Ahad (27/10/2019), sebagaimana dilansir Al-Jazeera.
Para pemuda telah mendirikan barikade di sebuah jembatan yang mengarah ke Green Zone, sebuah kawasan tempat kedutaan dan kantor pemerintah di ibukota, yang dijaga ketat oleh pasukan keamanan.
Untuk menghalau para demonstran, aparat melontarkan tabung gas air mata, menembakkan peluru karet, dan bahkan peluru tajam ke arah mereka.
Sumber medis dan keamanan mengatakan bahwa setidaknya 74 warga Irak tewas pada Jumat (26/10) dan Sabtu (27/10) dan ratusan lainnya luka-luka ketika demonstran bentrok dengan pasukan keamanan dan kelompok-kelompok milisi Iran dalam gelombang kedua protes bulan ini terhadap pemerintah Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi yang dinilai korup.
“Saya ingin perubahan. Saya ingin menyingkirkan orang-orang korup yang tidur di Green Zone dan yang menembakkan gas air mata dan peluru karet kepada kami,” kata pengunjuk rasa Fares Mukhaled (19), yang duduk tanpa alas kaki di alun-alun, di mana beberapa orang mendirikan tenda.
Para demonstran juga menuntut agar Iran hengkang dari negara mereka. Mereka mengkritik pengaruh Iran atas negara itu. “Irak bebas. Iran keluar, keluar!” teriak beberapa pengunjuk rasa.
Di kota Karbala, salah satu kota yang diangggap suci pemeluk agama Syiah, seorang pejabat keamanan mengatakan para demonstran yang berada di luar gedung konsulat Iran juga meneriakkan agar Iran keluar. (rafa/arrahmah.com)