JAKARTA (Arrahmah.com) – Ide membentuk ‘pasukan twitter’ untuk menangkal fitnah di ranah sosial media, hanya bisa memberi klarifikasi atas berbagai isu negatif. Tetapi akan jauh lebih baik tugasnya lebih ditekankan pada distribusi informasi hasil capaian kerja pemerintah.
“Kalau sekadar ‘anti fitnah’ maka terjebak pada aksi reaktif dan responsif saja, pasif sifatnya,” ujar pengamat komunikasi politik dari Charta Politica, Yunarto Wijaya, Senin (30/5/2011).
“Pasukan twitter itu bisa digunakan untuk kebutuhan sosialiasi dan menunjukkan dominasi. Isu yang harus dimainkan adalah hasil kerja-kerja mereka sebagai partai dengan menteri dan anggota DPR terbanyak,” jelas Yunarto.
Ide membentuk ‘pasukan twitter’ disampaikan oleh pengamat social media, Nukman Luthfie yang menganggap perlu ada tim khusus untuk memberikan ‘perlawanan’ terhadap informasi miring dan opini negatif yang menyerang Presiden SBY.
Nukman Luthfie juga mengatakan bahwa SBY harus punya pasukan antifitnah, seperti tentara, ada pasukan tempur tapi sesuai prinsip sosial media. Selain itu, Luthfie menyarankan tim tersebut harus jagoan dan berlapis-lapis untuk menghadapi krisis branding dan fitnah. (dn/rasularasy/arrahmah.com)