BAGHDAD (Arrahmah.com) – Jumlah korban tewas dari protes massal di Baghdad dan kota-kota di seluruh Irak selatan naik menjadi 93 pada Sabtu (5/10/2019) ketika kerusuhan memasuki hari kelima, kata komisi hak asasi manusia parlemen.
Hampir 4.000 orang juga terluka sejak protes melawan pengangguran kronis, pelayanan publik yang buruk, dan korupsi yang meluas meletus di ibukota pada Selasa (1/10), kata komisi itu.
Tidak segera jelas apakah kematian terakhir berasal dari protes besar kemarin (4/10) atau demonstrasi baru pada hari ini (5/10).
Pihak berwenang telah memberlakukan pemadaman internet dan mengkonfirmasi mengenai korban protes di provinsi-provinsi itu telah mengalir perlahan.
Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi telah memerintahkan pencabutan jam malam yang diberlakukan di Baghdad mulai Sabtu pagi (5/10), kantor berita Arab Saudi melaporkan.
Abdul-Mahdi Kamis pagi (3/10) memberlakukan jam malam tidak terbatas pada kendaraan dan individu di Baghdad, setelah dua hari protes keras, dalam upaya nyata untuk memadamkan kekerasan lebih lanjut.
Ulama Syiah terkemuka Moqtada Sadr telah meminta pemerintah untuk mengundurkan diri dan pemilihan awal diadakan untuk membawa negara keluar dari krisis, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pertumpahan darah “warga Irak tidak bisa diabaikan.”
Ketua Parlemen Mohamed Al-Halbousi juga mengatakan bahwa Irak perlu memberontak melawan korupsi dan bahwa negara itu mendukung tuntutan damai para demonstran. (Althaf/arrahmah.com)