BAGHDAD (Arrahmah.com) – Penembak jitu polisi menembaki demonstran di Baghdad, Jumat (4/10/2019), dan jumlah korban tewas meningkat tajam menjadi 60 orang dalam tiga hari protes nasional yang keras yang menentang pemerintah.
Perdana Menteri Adel Abdul-Mahdi menyerukan agar tenang tetapi pengunjuk rasa mencemooh janjinya tentang reformasi politik.
Ulama Syiah di negara itu menyalahkan para politisi yang gagal meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan memerintahkan mereka untuk memenuhi tuntutan para pendemo.
Di jalan-jalan Baghdad, polisi tampaknya mengincar pendemo. Wartawan Reuters melihat satu orang tersungkur ke tanah setelah ditembak di kepala. Dia dinyatakan meninggal di rumah sakit.
Di tempat lain, seorang kru televisi Reuters melihat seorang pria terluka parah oleh tembakan di leher setelah penembak jitu di atap sebuah rumah menembaki kerumunan.
Kekerasan itu adalah yang terburuk sejak dua tahun lalu. Protes muncul di selatan, jantung mayoritas Syiah, tetapi dengan cepat menyebar, tanpa kepemimpinan formal.
Sumber-sumber keamanan dan medis memberikan total angka kematian pada Jumat (4/10) sebanyak 60 orang, yang tewas di seluruh Irak dalam tiga hari kerusuhan, sebagian besar kematian terjadi dalam 24 jam terakhir ketika kekerasan meningkat, lansir Reuters.
“Sangat menyedihkan bahwa ada begitu banyak kematian, korban dan kehancuran,” ujar Ayatollah Ali Al-Sistani, dalam sebuah surat yang dibacakan oleh perwakilannya.
“Pemerintah dan pihak politik belum menjawab tuntutan rakyat untuk memerangi korupsi atau mencapai apa pun di lapangan,” tambah Sistani, yang tetap keluar dari jalur politik tetapi kata-katanya menjadi hukum untuk penganut Syiah Irak.
“Parlemen memegang tanggung jawab terbesar atas apa yang terjadi.”
Figur lainnya, Moqtada Al-Sadr, yang memimpin blok oposisi terbesar di Parlemen, memerintahkan anggota parlemennya untuk menangguhkan partisipasi dalam legislatif sampai pemerintah memperkenalkan program yang akan melayani semua warga Irak.
Banyak pejabat pemerintah dan anggota parlemen secara luas dituduh menyedot uang publik, memberikan kontrak yang tidak adil di lembaga-lembaga negara dan bentuk-bentuk korupsi lainnya.
Kekerasan itu merupakan ujian yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Abdul-Mahdi, seorang politisi veteran yang berkuasa tahun lalu sebagai kandidat kompromi yang didukung oleh kelompok-kelompok Syiah yang kuat yang telah mendominasi Irak sejak jatuhnya Saddam Hussein pada 2003.
Dalam pidatonya semalam, Abdul-Mahdi menjanjikan reformasi tetapi mengatakan tidak ada “solusi ajaib” untuk masalah Irak.
Dia bersikeras politisi “sadar” akan penderitaan massa: “Kami tidak tinggal di menara gading -kami berjalan di antara kalian di jalan-jalan Baghdad,” klaimnya.
Seorang pria muda di tengah kerumunan yang melarikan diri dari tembakan penembak jitu di sebuah alun-alun pusat kota Baghdad mencemooh Abdul-Mahdi.
“Janji-janji Abdul-Mahdi adalah untuk membodohi rakyat, dan hari ini mereka menembakkan tembakan langsung ke arah kami,” katanya.
Polisi dan sumber medis mengatakan kepada Reuters bahwa korban tewas sejauh ini termasuk 18 orang tewas di kota selatan Nasiriyah, 16 di Baghdad, empat di kota Amara selatan dan empat di Baqouba ketika kerusuhan menyebar di utara ibu kota. Kematian juga dilaporkan di kota-kota selatan Hilla dan Najaf.
Jam malam diberlakukan di sejumlah kota. Pihak berwenang menutup jalan-jalan menuju ibu kota dari utara dan timur laut dan mengirim bala bantuan ke timur Baghdad yang padat penduduk. Konvoy militer juga dikirim ke Nasiriyah. (haninmazaya/arrahmah.com)