SURIAH (Arrahmah.com) – Militer Rusia mengatakan pada Jumat (27/9/2019) bahwa pihaknya telah menjatuhkan puluhan pesawat tak berawak dan roket yang diluncurkan oleh gerilyawan tahun ini yang menargetkan pangkalan udara Rusia di Suriah.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayjen Igor Konashenkov mengatakan bahwa sejauh ini pada tahun 2019 militer telah menembak jatuh 58 pesawat tanpa awak dan 27 roket yang menargetkan pangkalan udara Hmeimim di provinsi Latakia, Suriah, lansir AP.
Rusia telah melancarkan kampanye militer di Suriah sejak September 2015, yang memungkinkan rezim Bashar Asad untuk membalikkan keadaan dan merebut kendali atas sebagian besar wilayah yang sebelumnya telah berada di bawah kendali pejuang Suriah.
Konashenkov, berbicara kepada wartawan selama perjalanan ke Suriah, mengatakan para gerilyawan terus meningkatkan serangan drone mereka, yang memiliki jangkauan hingga 250 kilometer (155 mil) dan ketinggian hingga 4 kilometer (13,123 kaki).
Dia menambahkan bahwa meski drone mungkin terlihat primitif, mereka berkinerja baik dan sulit dikenali.
“Sangat mengkhawatirkan bahwa para ‘teroris’ telah memperoleh teknologi navigasi dan kontrol yang hanya dimiliki oleh beberapa negara,” kata Konashenkov.
Dia mengatakan pangkalan Rusia dilindungi oleh berbagai aset pertahanan udara. Dia mengatakan sistem pertahanan udara Pantsyr S-1 dan Tor M-2 jangka pendek dan menengah telah terbukti sangat efisien terhadap drone, dan pangkalan tersebut juga memiliki sistem pertahanan udara S-400 jarak jauh.
Konashenkov mengatakan bahwa sebagian besar serangan drone diluncurkan dari Khan Sheikhoun dan Latamna di provinsi barat laut Idlib. Tentara rezim Asad merebut daerah-daerah itu bulan lalu setelah berminggu-minggu serangan mematikan yang didukung oleh Rusia.
Idlib, yang terletak di sepanjang perbatasan dengan Turki, adalah kubu besar terakhir pejuang Suriah, dan serangan tentara rezim telah menciptakan gesekan antara Rusia dan Turki, yang membuat perjanjian de-eskalasi untuk Idlib setahun yang lalu.
Turki memprotes serangan itu sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan tersebut, sementara Rusia mengklaim bahwa serangan itu diperlukan untuk mengusir militan yang menggunakan daerah itu sebagai basis untuk melancarkan serangan terhadap pasukan rezim Suriah dan pangkalan militer Rusia. (haninmazaya/arrahmah.com)