KAIRO (Arrahmah.com) – Rezim Mesir telah menangkap lebih dari 1.100 orang, termasuk beberapa figur terkenal, setelah protes langka yang diadakan di beberapa kota yang menuntut pemimpin rezim Abdel Fattah Al-Sisi untuk mundur.
Mereka yang dilaporkan ditangkap dalam dua hari terakhir termasuk salah satu tokoh oposisi paling terkemuka di Mesir, seorang mantan juru bicara untuk calon presiden dalam pemilihan presiden tahun lalu, dan seorang penulis terkenal, menurut laporan kelompok pemantau hak asasi manusia pada Rabu (25/9/2019).
Menentang larangan protes tanpa izin, ribuan orang turun ke jalan-jalan di ibu kota Kairo dan kota-kota lain pada hari Jumat dalam menanggapi seruan untuk aksi protes menentang korupsi pemerintah. Protes berlanjut di kota Laut Merah Suez pada hari Sabtu.
Gamal Eid, kepala Jaringan Arab untuk Informasi Hak Asasi Manusia, mengatakan kelompoknya dan dua lainnya -Pusat Hak Ekonomi dan Sosial Mesir dan Komisi Hak dan Kebebasan Mesir – mendokumentasikan lebih dari 1.100 penangkapan, lansir Al Jazeera.
Ratusan orang sedang diselidiki karena menggunakan media sosial untuk “menyebarkan berita palsu”, merusak keamanan nasional, bergabung dengan kelompok “teroris” yang dilarang, dan memprotes tanpa izin, kata pengacara pembela.
Kementerian dalam negeri belum mengeluarkan komentar.
Khaled Dawoud, seorang anggota terkemuka Gerakan Demokrasi Sipil, sebuah koalisi partai-partai dan tokoh-tokoh oposisi, ditahan Selasa malam di Kairo, ujar Eid.
Hazem Hosny, seorang mantan juru bicara untuk kampanye pemilihan presiden 2018 dari mantan kepala staf militer Sami Anan, juga ditangkap, ujar Mustapha Kamel El-Sayyid, seorang profesor di Universitas Kairo.
El-Sayyid mengatakan Hassan Nafaa, seorang penulis dan pengamat terkemuka yang juga mengajar di Universitas Kairo, telah hilang sejak pukul 15:00 pada hari Selasa.
Pasukan keamanan telah meningkatkan kehadiran mereka di alun-alun utama di kota-kota besar dan telah melakukan pemeriksaan langsung di ponsel untuk konten politik.
Al-Sisi berkuasa setelah memimpin kudeta militer yang menggulingkan Mohammad Mursi, pemimpin Mesir pertama yang terpilih secara demokratis.
Demonstrasi di Mesir jarang terjadi sejak Al-Sisi berkuasa. Ia telah melakukan penumpasan luas terhadap perbedaan pendapat yang menurut para aktivis HAM adalah yang paling parah dalam sejarah modern negara itu.
Para pendukung Sisi mengklaim tindakan keras diperlukan untuk menstabilkan Mesir setelah kekacauan yang terjadi setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan mantan orang kuat Hosni Mubarak.
Pada hari Rabu pagi, tagar Arab “Sisi bukan presiden saya” menjadi tren dengan lebih dari 40.000 tweet. Beberapa tagar Twitter telah digunakan untuk menggalang dukungan untuk protes.
Ada seruan untuk kembali menggelar aksi unjuk rasa Jumat pekan ini. (haninmazaya/arrahmah.com)