Mengenakan rompi anti peluru yang bersih dan pelindung lutut, pasukan dari batalion baru menunjukkan keahlian yang telah mereka pelajari dari penasihat militer Rusia.
Di pedesaan barat Damaskus, para prajurit melakukan serangan tiruan, menembakkan mortir dan roket, melakukan latihan pembersihan ranjau dan pertolongan pertama.
Awan besar debu membumbung di atas kamp pelatihan saat pasukan dalam kamuflase melepaskan tembakan.
Di bawah sinar matahari sore, sejumlah petinggi dari kedua negara dan puluhan jurnalis, termasuk tim AFP yang diundang Moskow, menyaksikan latihan tersebut.
“Kami mengorbankan darah kami untukmu Bashar,” para tentara meneriakkan nyanyian secara serempak, melemparkan tinju mereka ke udara, untuk memuji pemimpin rezim Nushairiyah, Bashar Asad.
Dengan dukungan militer dari Rusia, pasukan rezim Asad telah merebut kembali sebagian besar wilayah Suriah dari para pejuang sejak 2015, dan sekarang mengendalikan sekitar 60 persen negara itu.
Rusia sering menyebut pasukan yang dikerahkannya di Suriah sebagai “penasihat” militer meskipun pasukan dan pesawat tempurnya juga terlibat langsung dalam pertempuran melawan Mujahidin dan faksi-faksi pejuang lainnya.
Pada hari Selasa, penasihat Rusia muncul di depan kamera, mengenakan topeng wajah hijau dan kacamata hitam, dalam tampilan langka operasi militer Moskow di Suriah yang dilanda perang.
Dengan bantuan seorang penerjemah bahasa Arab, seorang penasihat menginstruksikan pasukan tentang cara mendeteksi dan menjinakkan ranjau, sementara yang lain melatih mereka untuk merawat korban luka.
Perhatian tertuju pada Idlib
“Batalion itu dibuat pada 10 Agustus dan mulai latihan pada hari yang sama,” kata Omar Mohamed, yang mengepalai pasukan elit baru ini.
“Berkat penasihat Rusia, tingkat kesiapan di antara tentara telah meningkat dan mereka tahu bagaimana menggunakan semua jenis senjata,” katanya kepada AFP.
Setelah menjalani dua bulan pelatihan militer individu, anggota pasukan sekarang akan belajar untuk beroperasi dalam kelompok besar.
Para komandan tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa pasukan bisa dikerahkan ke kubu besar terakhir pejuang Suriah di provinsi Idlib.
Kesepakatan yang dicapai Rusia dan Turki tahun lalu dimaksudkan untuk mencegah pertumpahan darah di wilayah yang dikuasai Mujahidin, tetapi pemboman masif mulai terjadi sejak akhir April.
Rezim Damaskus berulang kali bersumpah untuk mengambil kembali semua wilayah Suriah, termasuk wilayah Idlib.
“Kami menaruh harapan kami pada solusi politik, tetapi jika kami tidak melihat hasilnya, kami kemudian akan menggunakan opsi militer,” klaim seorang komandan kepada wartawan.
“Idlib akan dibebaskan dalam semua kasus,” menurut pernyataan Jenderal Hassan Hassan, kepala divisi administrasi politik tentara rezim Asad.
“Kita akan segera bertemu di sana,” klaimnya kepada para wartawan. (haninmazaya/arrahmah.com)