RIYADH (Arrahmah.com) – Ketegangan di Timur Tengah telah meningkat setelah serangan drone pada dua fasilitas minyak utama di Arab Saudi.
Serangan menjelang fajar pada Sabtu (14/9/2019) merobohkan lebih dari setengah produksi minyak mentah dari eksportir utama dunia -lima persen dari pasokan minyak global- dan memangkas produksi sebesar 5,7 juta barel per hari, lansir Al Jazeera (16/9).
Kelompok teroris Syiah Houtsi di Yaman, yang telah terlibat dalam peperangan melawan koalisi yang dipimpin Arab Saudi sejak 2015, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, memperingatkan Arab Saudi bahwa target mereka “akan terus berkembang”.
Tetapi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dengan cepat menuduh Iran berada di balik serangan itu, tanpa memberikan bukti apa pun. Klaim itu ditolak oleh Teheran yang mengatakan tuduhan itu dimaksudkan untuk membenarkan tindakan terhadap mereka.
Arab Saudi, sementara itu, telah bersumpah akan “menghadapi dan menangani agresi teroris ini”, sementara Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan kemungkinan tindakan militer setelah Riyadh menyimpulkan penyelidikan atas serangan tersebut.
Putin tawarkan sistem pertahanan udara
Rusia siap membantu Arab Saudi setelah serangan terhadap industri minyak Saudi jika diperlukan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan setelah pembicaraan dengan para pemimpin Turki dan Iran di Ankara, dan mengusulkan Saudi membeli senjata Rusia.
“Kami siap memberikan bantuan ke Arab Saudi, dan itu akan cukup bagi para pemimpin politik Arab Saudi untuk membuat keputusan pemerintah yang bijak -seperti yang dilakukan para pemimpin Iran pada waktu mereka dengan membeli S-300 dan saat Presiden Turki Tayyip Erdogan melakukannya dengan membeli sistem pertahanan udara ‘Triumph’ S-400 terbaru dari Rusia,” ujar Putin.
Senjata-senjata Rusia ini akan melindungi setiap fasilitas infrastruktur Arab Saudi, tambahnya.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka mengutuk serangan terhadap infrastruktur vital atau tindakan apa pun yang dapat mengganggu pasokan energi global dan mengganggu harga energi.
Moskow, bagaimanapun, memperingatkan negara-negara lain agar tidak menyalahkan Iran atas serangan itu dan mengatakan bahwa rencana pembalasan militer terhadap Iran tidak dapat diterima. (haninmazaya/arrahmah.com)