ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Polisi telah menangkap setidaknya 22 orang dalam protes pro-kemerdekaan di Kashmir yang dikelola Pakistan setelah bentrokan terjadi antara pihak berwenang dan demonstran, menurut polisi dan aktivis, lapor Al Jazeera, Minggu (8/9/2019).
Bentrokan itu terjadi pada Sabtu (7/9) di dekat desa Tatrinote, sekitar 80 km di selatan ibukota Kashmir yang dikelola Pakistan, Muzaffarabad, dan dekat dengan Garis Kontrol (LoC) yang membagi bagian-bagian yang dikelola India dan Pakistan dari wilayah yang disengketakan.
Hari ini (9/9), aksi duduk berlanjut di lokasi bentrokan, kata polisi. Layanan ponsel di daerah terpencil terganggu, mempersulit pelaporan situasi oleh media.
Kepala polisi distrik setempat Tahir Mahmood Qureshi mengatakan polisi menembakkan gas air mata yang terhadap para demonstran pada Sabtu (7/9) ketika mereka berusaha untuk mendekati dengan LoC dan meninggalkan ruang protes yang ditentukan.
“Kami memberi mereka rute yang aman, tetapi mereka ingin pergi ke daerah terbuka di mana orang India bisa menembaki mereka,” kata Qureshi.
India dan Pakistan sering melanggar perjanjian gencatan senjata 2003 di Line of Control, dengan kedua belah pihak saling menyalahkan karena membunuh warga sipil dan pasukan keamanan di sisi yang berlawanan dari perbatasan de facto.
“Penembakan India telah menargetkan orang-orang di daerah kami,” kata Qureshi. “Kami tidak ingin orang yang tidak bersalah dibunuh.”
Para pengunjuk rasa adalah para pendukung faksi dari Front Pembebasan Jammu dan Kashmir (JKLF), sebuah partai politik terkemuka Kashmir yang mengadvokasi kemerdekaan dari kedua negara untuk wilayah tersebut.
“Permintaan utama kami adalah bahwa komunitas internasional harus mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah Kashmir dan mengambil langkah untuk mengembalikan pasukan kedua negara [dari Kashmir],” Toqeer Gilani, seorang pemimpin senior JKLF di Kashmir yang dikelola Pakistan.
Gilani, yang berada di lokasi protes, mengatakan lebih dari 40 anggota JKLF telah ditangkap semalam, dan bahwa mereka ditekan untuk mengakhiri protes mereka.
Qureshi membantah para pengunjuk rasa ditangkap karena pandangan politik mereka, mengatakan tindakan itu diambil karena mereka bertindak ilegal.
“Mereka tidak ditangkap karena sikap mereka terhadap Kashmir merdeka atau semacamnya,” katanya. “Mereka adalah penjahat.”
Qureshi mengatakan seorang perwira polisi terluka parah dalam bentrokan itu, dan masih dirawat di rumah sakit. (Althaf/arrahmah.com)