KABUL (Arrahmah.com) – Presiden Afghanistan pada Minggu (11/8/2019) secara resmi menolak tegas campur tangan asing ketika Amerika Serikat dan Taliban dilaporkan media mendekati kesepakatan damai tanpa mengikutkan pemerintah Afghanistan di meja perundingan.
Ashraf Ghani berbicara selama liburan Muslim Idul Adha dan ketika perwakilan AS dan Taliban melanjutkan perundingan di negara Teluk Qatar.
Berbicara setelah sholat Ied, Ghani menegaskan bahwa pemilihan presiden bulan depan penting agar pemimpin Afghanistan akan memiliki mandat yang kuat untuk memutuskan masa depan negara itu setelah bertahun-tahun perang.
“Nasib Afghanistan akan diputuskan di sini di tanah air ini,” katanya. “Kami tidak ingin siapa pun ikut campur dalam urusan kami.”
UMenurut sejumlah media, utusan AS, Zalmay Khalilzad, sedang mencari kesepakatan damai paling lambat 1 September, beberapa minggu sebelum pemungutan suara. Kedua pihak diperkirakan akan menyetujui penarikan sekitar 20.000 tentara AS dan NATO sebagai imbalan atas jaminan Taliban bahwa Afghanistan tidak akan menjadi basis bagi kelompok-kelompok ‘ekstremis lainnya.
Beberapa detail telah muncul, tetapi Khalilzad dan pemimpin negosiator Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, telah melakukan perjalanan dalam beberapa hari terakhir untuk memberi pengarahan kepada beberapa negara yang terlibat dalam proses perkembangan terbaru.
Juru bicara Taliban di Qatar, Suhail Shaheen, yang telah mengatakan kesepakatan diharapkan pada akhir putaran, pada Minggu (11/8) mengeluarkan pesan Idul Adha yang mengungkapkan harapan bahwa Afghanistan “akan merayakan Idul Fitri masa depan di bawah sistem Islam, tanpa pendudukan, di bawah sebuah lingkungan perdamaian dan persatuan yang permanen.”
Taliban telah menolak untuk bernegosiasi dengan pemerintah Afghanistan, menampiknya sebagai boneka AS, dan pada Selasa (6/8) mereka menyatakan pemilihan 28 September sebagai “palsu.” Mereka memperingatkan sesama warga Afghanistan untuk menjauh dari kampanye dan jajak pendapat, mengatakan pertemuan tersebut bisa ditargetkan. Sehari kemudian kelompok itu mengaku bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri yang menargetkan pasukan keamanan di Kabul. Serangan itu menewaskan 14 orang dan melukai 145 orang.
Taliban menguasai sekitar setengah dari Afghanistan dan berada di posisi terkuat mereka sejak invasi pimpinan AS menggulingkan pemerintah lima tahun mereka pada 2001 setelah kelompok itu diklaim menyembunyikan pemimpin Al-Qaeda Syaikh Usamah bin Laden. Lebih dari 2.400 personel layanan AS telah tewas di Afghanistan sejak itu.
Ghani, yang dilaporkam tersengat karena dikeluarkan dari pembicaraan damai, pada Minggu (11/8) memohon persatuan dan perdamaian nasional.
“Damai adalah keinginan setiap orang Afghanistan dan perdamaian akan datang, seharusnya tidak ada keraguan tentang itu,” katanya. “Tapi kami menginginkan perdamaian di mana setiap warga Afghanistan memiliki martabat. Kami tidak menginginkan perdamaian di mana warga Afghanistan tidak memiliki martabat. Kami tidak menginginkan perdamaian yang akan menyebabkan orang meninggalkan negara mereka. Kami tidak ingin menguras otak dan kami tidak ingin menguras investasi.” (Althaf/arrahmah.com)