LONDON (Arrahmah.com) – Perancis dan Inggris sedang menyebarkan helikopter tempur dalam rangka semakin menyudutkan Muammar Gaddafi dan pasukannya, pejabat tinggi Perancis menyatakan pada Senin (23/5/2011), dua bulan sejak NATO mulai melakukan invasi ke negara Afrika Utara tersebut.
NATO menyatakan bahwa pihaknya telah menurunkan kemampuan militer Gaddafi dengan serangan intensif dari jet tempurnya. Namun serangan bertubi-tubi itu tak membuat rezim Gaddafi mengakhiri kekuasaannya di Libya.
Menteri Luar Negeri Perancis, Alain Juppe, di sela-sela pertemuan menteri luar negeri dan pertahanan Uni Eropa di Brussels, mengatakan Paris telah menyebarkan helikopter Tigre dan Gazelle.
Juppe menambahkan helikopter Perancis akan memungkinkan NATO “untuk lebih beradaptasi kapasitas serangan darat dengan cara yang lebih tepat efektif.”
Perancis dan Inggris, bersama dengan AS, vokal menyuarakan serangan militer untuk melawan rezim Libya pada tanggal 19 Maret. Ketiga negara ini telah berulang kali menganjurkan intensifikasi penyerangan.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Perancis, Gerard Longuet, mengatakan secara terpisah bahwa London pun akan mengerahkan helikopternya sesegera mungkin.
“Lebih cepat lebih baik adalah apa yang saat ini Inggris pikirkan,” katanya, sambil menambahkan bahwa ia membicarakan hal ini dengan Gerald Howarth, menteri Inggris untuk strategi keamanan internasional yang menghadiri pembicaraan di Brussel.
Perancis berencana untuk menggunakan 12 helikopter tempur di Libya, sebuah surat kabar Perancis melaporkan pada Senin (23/5) beberapa jam setelah Uni Eropa membuka kantor resmi untuk mengawasi misinya di kota pemberontak, Benghazi.
Dua belas helikopter dikirim ke Libya melalui kapal perang Tonnerre milik Perancis pada tanggal 17 Mei, harian Le Figaro melaporkan.
Selain itu, menurut Le Figaro, Pasukan Khusus Perancis, yang telah beroperasi di Libya untuk membantu mengidentifikasi target pesawat NATO sejak awal serangan udara, sekarang dapat diperkuat dan dikerahkan untuk memandu target serangan helikopter.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, pada hari Minggu (22/5) membuka kantor resmi NATO di Benghazi, bersamaan dengan ditingkatkannya upaya diplomatis yang dilakukan oleh sejumlah pemimpin oposisi.
“Kami di sini untuk jangka panjang,” kata Ashton dalam konferensi pers di hotel Tibesti.
Menanggapi hal itu, rezim Gaddafi di Tripoli mengatakan kunjungan Ashton ini merupakan kejutan dan dibukanya kantor Uni Eropa di wilayah yang dikuasai oposisi dianggapnya sebagai “pengakuan entitas ilegal”.
“Ini akan memiliki dampak pada hubungan Libya dengan negara-negara dan sejumlah lembaga Uni Eropa,” kata kementerian luar negeri Libya. (althaf/arrahmah.com)