TEHERAN (Arrahmah.com) – Duta besar Inggris untuk Iran pada Minggu (16/6/2019) membantah dia dipanggil oleh kementerian luar negeri Iran setelah London menuduh Teheran “hampir pasti” bertanggung jawab atas serangan kapal tanker di Teluk.
“Menarik. Dan berita bagi saya,” kata Rob Macaire dalam tweet sehari setelah kementerian luar negeri Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya telah memanggil utusan tersebut atas tuduhan pemerintahnya.
“Saya meminta pertemuan mendesak dengan Kementerian Luar Negeri kemarin dan itu dikabulkan. Tidak ada ‘panggilan’. Tentu saja jika dipanggil secara resmi saya akan selalu menanggapi, seperti halnya yang dilakukan semua duta besar,” tulis Macaire.
Kementerian luar negeri Iran mengatakan kepala urusan Eropa Mahmoud Barimani bertemu Macaire pada Sabtu (15/6) dan “sangat memprotes posisi pemerintah Inggris yang tidak dapat diterima dan anti-Iran.”
Pada Jumat (14/6), Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan London telah menyimpulkan bahwa Iran “hampir pasti” bertanggung jawab atas serangan kapal tanker hari Kamis.
Dia menggemakan pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan serangan Kamis terhadap dua tanker di Teluk Oman menegaskan keterlibatan Iran.
Iran membantah terlibat dalam serangan kembar itu. Teheran menepis tuduhan Hunt sebagai tuduhan yang “keliru” dan mencaci London karena “keberpihakan buta dan terjal” dengan pandangan AS, menurut kementerian luar negeri.
Insiden terbaru itu terjadi ketika hubungan antara Teheran dan London menegang dalam beberapa bulan terakhir, yaitu atas nasib seorang ibu Inggris-Iran yang dipenjara di Iran atas tuduhan penghasutan.
London telah berulang kali menyerukan pembebasan Nazanin Zaghari-Ratcliffe, yang ditangkap pada April 2016 ketika dia meninggalkan Iran setelah membawa bayi perempuan mereka untuk mengunjungi keluarganya.
Zaghari-Ratcliffe, yang menjalani hukuman lima tahun karena dituduh berusaha menggulingkan pemerintah Iran, telah memulai mogok makan sebagai protes atas penahanannya, kata suaminya pada Sabtu (15/6).
Dia sebelumnya melakukan mogok makan pada bulan Januari.
Richard Ratcliffe mendesak pemerintah Iran untuk segera membebaskan istrinya dan mengizinkan kedutaan Inggris untuk memeriksa kesehatannya, dan juga meminta mereka memberinya visa untuk mengunjunginya. (Althaf/arrahmah.com)