DHAKA (Arrahmah.com) – Para pemangku kepentingan harus mengadopsi ‘semua jenis inisiatif’ untuk memulangkan para Rohingya yang telah melarikan diri dari Myanmar dan berlindung di Bangladesh menghadapi kekejaman, ujar Sultan Haji Hassanal Bolkiah dari Brunei, dilaporkan bdnews24, Senin (22/4/2019).
Bolkiah menyatakan pendapatnya tentang pemulangan Rohingya selama pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, di Bandar Seri Begawan, kemarin (22/4).
Pertemuan antara kedua pemimpin berlangsung di Cheradi Laila Kenchana di Istana Nurul Iman, kediaman resmi Sultan Brunei.
“Sultan telah memberikan pernyataan tentang masalah Rohingya. Kita harus mencapai solusi; kita harus mengadopsi semua jenis inisiatif sehingga Rohingya dapat kembali ke rumah,” ujar menteri luar negeri Bangladesh, Shahidul Haque, mengutip sultan setelah pertemuan.
Lebih dari 700.000 Muslim Rohingya telah mengungsi di Bangladesh setelah penumpasan tentara Myanmar pada Agustus 2017. Ada 400.000 Rohingya yang tinggal di negara itu selama beberapa dekade terakhir.
PBB, AS, dan Inggris bersama dengan negara-negara lain di barat telah menggambarkan kekejaman tentara Myanmar di desa-desa Rohingya di Rakhine sebagai kasus “pembersihan etnis”, tuduhan yang tegas dibantah Myanmar.
Myanmar mengatakan siap menerima warga negaranya yang tinggal di Bangladesh setelah diperiksa.
Sementara itu, menurut PBB upaya repatriasi tersebut belum siap dan tidak akan menguntungkan bagi Rohingya untuk kembali. Rohingya, di sisi lain, setuju untuk kembali ke Myanmar hanya setelah kewarganegaraan dan hak konstitusional mereka dipastikan.
“Perdana menteri telah meminta keterlibatan ASEAN dalam repatriasi Rohingya dan meminta kerja sama sultan Brunei,” lanjut Haque.
Brunei akan memperluas kerjasamanya untuk ‘memperkuat’ hubungan Bangladesh dengan Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, kata Haque mengutip Bolkiah. (Althaf/arrahmah.com)