BAMAKO (Arrahmah.com) – 134 orang termasuk anak-anak dan perempuan tewas dalam serangan terhadap sebuah desa di Mali tengah pada Sabtu (23/3/2019) di tengah gelombang kekerasan etnis dan Islam di negara Afrika Barat.
Puluhan lainnya terluka dalam pembantaian yang terjadi di Ogossagou, sebuah desa milik kelompok penggembala Muslim Fulani.
Moulaye Guindo, walikota kota terdekat Bankass, menyalahkan serangan terhadap pemburu Dogon, sebuah kelompok yang telah lama hidup berdampingan dengan Fulani, namun keduanya terlibat bentrok berulangkali.
Dua saksi mata mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa hampir semua gubuk di desa itu dihancurkan. Seorang sumber keamanan mengatakan para korban ditembak atau dibacok sampai mati dengan parang.
Serangan terburuk saat ini
Guindo mengatakan itu adalah serangan paling mematikan dalam beberapa waktu terakhir. Dia melaporkan bahwa desa Fulani terdekat di Welingara juga telah diserang, menyebabkan “sejumlah” kematian, tetapi tidak disebutkan angka yang pasti.
Pasukan Mali tiba di lokasi pembantaian pada sore hari.
Serangan terjadi ketika delegasi dari Dewan Keamanan PBB mengunjungi wilayah Sahel Afrika Barat untuk mengevaluasi “ancaman Jihadis”.
Bentrokan berulang telah terjadi antara Fulani dan kelompok Dogon karena perselisihan tentang akses ke tanah (untuk menggembalakan ternak) dan air. Dogon juga menuduh Muslim Fulani mendukung jihadis yang berada di wilayah utara dan di luar negeri. Sebaliknya, Fulani mengatakan bahwa Dogon mendukung upaya tentara Mali untuk membasmi “ekstrimisme” tanpa pandang bulu. (haninmazaya/arrahmah.com)