SRINAGAR (Arrahmah.com) – Ratusan pendemo bentrok dengan pasukan pendudukan India di beberapa wilayah Kashmir yang diduduki India setelah polisi mengatakan seorang tahanan pria yang ditahan atas penyelidikan keamanan tewas dalam tahanan polisi.
Rizwan Asad Pandit, seorang guru kimia berusia 29 tahun, ditangkap dengan dalih “penyelidikan kasus teror”.
“Orang itu tewas dalam tahanan polisi,” ujar polisi mengklaim bahwa penyelidikan tentang penyebab kematiannya sedang berlangsung, lansir Al Jazeera pada Selasa (19/3/2019).
Keluarga Pandit mengecam kematiannya dan menyatakan sebagai pembunuhan berdarah dingin ketika orang-orang berkumpul di distrik Pulwama selatan sebagai aksi protes.
Pasukan keamanan menembakkan gas air mata ke arah pendemo dan otoritas pendudukan menangguhkan layanan internet di wilayah tersebut.
Mubashir Asad, saudara laki-laki Pandit, mengatakan polisi menangkap Pandit di rumahnya di desa Awantipora pada Ahad (17/3) malam. “Mereka mengatakan dia akan segera dibebaskan. Saudara saya tidak terlibat dalam apapun. Ini adalah pembunuhan berdarah dingin,” ujarnya.
Ketegangan di Kashmir, wilayah yang diklaim India dan Pakistan, telah meningkat sejak serangan bom menewaskan 42 tentara India di distrik Pulwama pada Februari lalu.
New Delhi menyalahkan Islamabad karena menyembunyikan kelompok bersenjata, Jaish-e-Muhammad (JeM) yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dan melancarkan serangan udara balasan ke wilayah Pakistan, sebuah langkah yang membawa negara bertetangga tersebut ke ambang perang.
India juga melarang partai politik Jamaat-e-Islami (JeI) di Kashmir dan menangkap sekitar 300 pemimpin dan aktivis kelompok itu.
Seorang pejabat senior polisi yang tidak ingin disebutkan namanya, mengklaim Rizwan ditahan atas serangan Pulwama.
“Kami memiliki beberapa informasi bahwa ia tahu cara membuat bahan peledak dan mencurigai perannya dalam serangan baru-baru ini,” klaimnya.
Mirwaiz Umar Farooq, ketua Konferensi Seluruh Partai Hurriyat, mengecam kematian Rizwan dalam sebuah posting di Twitter dan mengatakan: “Pembunuhan brutal sekali lagi memperlihatkan ketidakberdayaan, kerentanan dan ketidakamanan pada kehidupan warga Kashmir saat impunitas dari pihak berwenang terus meningkat,” ujarnya.
Kelompok HAM mengatakan ratusan orang yang telah ditahan oleh pasukan India setelah pemberontakan bersenjata tahun 1989 telah tewas dalam tahanan, meskipun tidak ada angka resmi yang disebutkan.
Namun, tidak ada seorang pun yang diadili atas kematian tersebut, ujar Khurram Parvez, seorang aktivis hak asasi manusia. (haninmazaya/arrahmah.com)