İZMIR (Arrahmah.com) – Setelah serangan teroris berdarah di dua Masjid di Christchurch, Selandia Baru, yang merenggut nyawa 50 orang tidak bersalah, Presiden Recep Tayyip Erdogan menuduh dunia internasional memiliki standar ganda dalam mengategorikan “terorisme”.
“Semua pemimpin dunia menggambarkan serangan teroris di Selandia Baru sebagai serangan terhadap Islam dan Muslim. Mereka tidak menyebut pelaku sebagai teroris. Mengapa mereka tidak bisa mengatakan itu?” Erdogan bertanya pada rapat umum pemilihan di İzmir yang digelar pada Ahad (17/3/2019), sebagaimana dilansir Daily Sabah.
Setidaknya 50 orang tewas ketika seorang teroris menembaki jama’ah sholat Jum’at di Masjid Al Noor dan Linwood. Erdogan juga mengkritik Senator Australia Fraser Anning dan ketua Partai Rakyat Republik (CHP) oposisi utama Turki, Kemal Kılıçdaroğlu karena menyalahkan Muslim atas terjadinya serangan di Selandia Baru.
Tiga orang Turki terluka dalam serangan itu, ungkap Erdogan.
Presiden Erdogan mendesak pemerintah Selandia Baru untuk menyelidiki penyebab serangan teroris di dua Masjid yang terjadi pada Jum’at (15/3), ia juga menggambarkan insiden tersebut sebagai sebuah “pembantaian”.
Dalam pidatonya di provinsi Tekirdağ, Erdogan mengutuk dan mengecam keras aksi teroris yang membunuh jama’ah shalat Jum’at dan menargetkan Istanbul dalam sebuah manifesto yang dipublikasikan oleh sang teroris di media sosial, di mana dalam manifesto tersebut ia memuntahkan propaganda anti-Muslim dan anti-imigran.
“Dia mengaku pernah datang ke Istanbul dua kali, yang pertama selama tiga hari dan yang kedua selama 40. Siapa yang menjadi perantara kedatangannya? Akan kami telusuri,” tambahnya.
“Semua yang dia bicarakan dalam manifestonya hanyalah omong kosong. Dia berkata dalam manifestonya, ‘Kami akan membunuhmu jika kamu menyeberangi Bosporus, kita akan datang ke Istanbul dan menghancurkan semua Masjid dan menara …’ Ucapannya menunjukkan bahwa dia tidak mengetahui di mana Selandia Baru dan di mana Turki,” kata Erdogan.
“Bagaimana seorang pembunuh di ujung dunia dapat melakukan serangan teror dengan niat buruk terhadap ummat Muslim dan Turki,” kata Erdogan, merujuk pada teroris berusia 28 tahun, Brenton Harrison Tarrant.
Erdogan juga menggarisbawahi tindakan teroris yang mengecat senjatanya dengan nama orang-orang yang memusuhi ummat Islam sejak Pengepungan kedua Wina (1683), termasuk para tiran Perang Salib.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa teroris yang membantai ummat Islam di dua masjid di Selandia Baru merasa terganggu oleh persatuan kaum Muslim yang mulai menggeliat di Turki. (Rafa/arrahmah.com)