AZAZ (Arrahmah.com) – Saat dunia merayakan Hari Perempuan Internasional, seorang perawat di Suriah mengingat kembali perjuangan yang telah dihadapi perempuan sejak pecahnya perang pada tahun 2011.
Elif – yang tidak memberikan nama belakangnya karena masalah keamanan – seorang perawat anak di sebuah rumah sakit di provinsi Azaz, Suriah, yang didirikan oleh Asosiasi Dokter Independen, mengatakan Hari Perempuan Internasional tidak berbeda dengan hari-hari lain dalam kehidupan seorang wanita Suriah.
“Kami – para wanita Suriah – tidak hidup dan mengalami Hari Perempuan Internasional,” katanya kepada Anadolu Agency.
Elif mengatakan bahwa dengan perang, tanggung jawab hidup perempuan Suriah meningkat seiring dengan perjuangan yang harus mereka hadapi setiap hari.
Suriah hadapi konflik dahsyat sejak tahun 2011 ketika rezim Bashar Asad menindak demonstran dengan keganasan yang tak terduga.
Ratusan ribu warga sipil telah terbunuh atau terlantar dalam konflik, terutama oleh serangan udara rezim yang menargetkan daerah-daerah yang dikuasai oposisi.
Memperhatikan bahwa kondisi kehidupan di Suriah sulit, Elif mengatakan bahwa kehidupan di kamp-kamp pengungsi sangat sulit bagi perempuan karena kurangnya perawatan kesehatan dan keamanan.
“Saya belajar di sini [di rumah sakit] apa artinya menjadi seorang wanita. Kondisi kehidupan wanita di Suriah sulit. Mereka mengalami kesulitan. Misalnya, para wanita yang tinggal di kamp-kamp [pengungsi], mereka yang selamat dari bom dan trauma. Wanita-wanita ini mengalami masalah psikologis dan fisik,” katanya.
Elif mengatakan wanita Suriah juga hidup dengan kecemasan yang dipicu oleh perang yang sedang berlangsung, dan ini juga mempengaruhi keluarga mereka.
“Kebanyakan wanita tidak ingin punya anak karena mereka takut tidak akan bisa merawat mereka,” katanya.
Mengatakan bahwa dia telah bertemu banyak wanita dengan cerita berbeda di tempat kerjanya, Elif menambahkan perang telah menghantam wanita dan anak-anak paling keras.
“Apa yang akan aku makan besok? Apakah akan ada bom? Apakah saya bisa mendapatkan roti atau makanan lain? Kekhawatiran ini menyusahkan wanita kami. Mereka khawatir tentang masa depan,” tambahnya.
Pesan untuk Hari Perempuan Internasional
Saat 8 Maret menandai Hari Perempuan Internasional, Elif menyatakan harapan bahwa perempuan Suriah pada akhirnya dapat mengambil bagian dalam merayakannya.
“Saya berharap bahwa suatu hari, kita juga dapat merayakan Hari Perempuan Internasional seperti wanita lain di dunia dan dapat merasakan bahwa kita adalah wanita,” katanya.
“Kami hanya ingin menjadi wanita, menjalani hidup kami, dan dihargai.”
(fath/arrahmah.com)