TRIPOLI (Arrahmah.com) – Saksi mata di selatan wilayah Merzek mengkonfirmasi bahwa penembak yang berafiliasi dengan pasukan pensiunan Mayor Jenderal Khalifa Haftar, yang mengambil kendali atas daerah itu Jumat lalu, telah menyerang dan menjarah properti warga sipil yang menentang kehadiran mereka di daerah itu, lansir MEMO pada Senin (25/2/2019).
Salah satu saksi mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa “lebih dari 100 rumah di lingkungan Al-Desa dan 17 lainnya di Sokra dibakar dan dijarah, di samping penangkapan 50 orang setidaknya hingga Ahad pagi.”
Pasukan Haftar mengambil alih wilayah Merzek pada Jumat malam setelah bentrokan berhari-hari dengan Pasukan Perlindungan Selatan, yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur bersenjata dari suku Toubou, yang merupakan mayoritas demografis wilayah lembah Merzek.
Penduduk setempat di lembah Merzek sebelumnya telah meminta komunitas internasional untuk campur tangan untuk melindungi mereka dari apa yang mereka sebut “pembersihan etnis” yang dilakukan oleh pasukan Haftar. Di sisi lain, tentara jenderal telah mengkonfirmasi bahwa perangnya di selatan ditujukan untuk mengusir gerilyawan oposisi Chad di daerah-daerah lembah Merzek.
Para aktivis memposting beberapa video di media sosial yang memperlihatkan elemen-elemen bersenjata, di kendaraan, membobol rumah tangga, dan mencari oposisi, yang menyatakan ketidakpuasan mereka dengan intervensi militer Haftar, ketika gumpalan asap besar terlihat naik dari sebuah lingkungan di daerah tersebut.
Parlemen Tobruk mengeluarkan pernyataan, mengecam serangan yang menargetkan rumah anggota parlemen di daerah Merzek, Mohamed Adam, pada Sabtu, oleh penembak yang berafiliasi dengan pasukan Haftar. Dengan demikian, pernyataan itu termasuk keberatan implisit terhadap serangan yang dilakukan di wilayah tersebut secara umum.
Organisasi Aman Menentang Diskriminasi, sebuah LSM Libya, menyerukan PBB untuk campur tangan melindungi warga sipil dan bertanggung jawab atas agresi yang dilakukan terhadap populasi Toubou di wilayah selatan.
LSM itu menekankan perlunya menghentikan serangan di wilayah Merezk dan memprioritaskan dialog dan kebijakan, mengingat situasi di daerah itu sangat berbahaya dan memerlukan intervensi internasional yang mendesak untuk mengevakuasi korban yang terluka dan menyelamatkan nyawa warga sipil.
Organisasi Aman Menentang Diskriminasi menyatakan keprihatinan tentang situasi tersebut dan memperingatkan bahwa “meningkatnya pidato kebencian, rasisme, dan retorika balas dendam di wilayah Merzek akan membahayakan stabilitas di kawasan itu dan melemahkan upaya untuk mencapai rekonsiliasi dan perdamaian di Libya.”
Dalam pertemuan pada Sabtu malam dengan delegasi dari wilayah Merzek, utusan PBB untuk Libya, Ghassan Salame, telah berjanji untuk menyediakan sumber daya misi untuk melindungi warga sipil dan menyelamatkan yang terluka, di samping menyediakan pasokan medis dan makanan yang diperlukan.
(fath/arrahmah.com)