ANKARA (Arrahmah.com) – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan dia tidak akan pernah bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi kecuali ia membebaskan para tahanan.
“Saya tidak akan pernah bertemu dengan orang seperti itu. Pertama-tama, dia [Al-Sisi] harus membebaskan semua tahanan dengan amnesti umum. Selama dia tidak membebaskan orang-orang itu, kami tidak akan bisa menemui Sisi,” ujar Erdogan dalam wawancara televisi seperti dilansir MEMO pada Ahad (24/2/2019).
Presiden Turki mengatakan bahwa ada rezim otoriter, totaliter di Mesir. “Saya menanggapi mereka yang bertanya mengapa saya tidak bertemu dengan Al-Sisi,” tambahnya.
Erdogan bertanya: “Mengapa hubungan kami dengan Mesir terputus? Stau mengapa kami, sebagai pemimpin tingkat tinggi, tidak berbicara?” Ia menambahkan, “Ini harus diperiksa.”
Erdogan mengatakan bahwa orang-orang yang mengklaim mereka menentang komplotan kudeta, malah menyambut pemimpin rezim Mesir Abdel Fattah Al-Sisi -yang menggulingkan Mohammad Mursi- di karpet merah dan tidak mengambil posisi melawan Al-Sisi.
“Negara-negara ini berada di belakang upaya kudeta 15 Juli. Mursi menerima 52 persen suara, dan dia digulingkan,” tambahnya.
“Mereka yang berhubungan dengan Sisi harus mengetahui hal ini bahwa mereka akan dievaluasi dalam sejarah dengan cara yang berbeda.”
Erdogan menggambarkan rakyat Mesir sebagai sahabat dan menggarisbawahi bahwa Al-Sisi tidak akan pernah ada.
“Saat ini, Mursi dipenjara bersama rekan-rekannya. Selama bertahun-tahun, saya selalu mengatakan bahwa Al-Sisi adalah komplotan kudeta. Sayangnya, negara-negara Barat masih bertekad untuk mendukung komplotan kudeta,” ujarnya.
“Ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Ketika Anda melihat angka-angka, sedikitya 42 orang telah dieksekusi sejak Al-Sisi mengambil alih kekuasaan dan akhir-akhir ini mengeksekusi sembil pemudia.”
Pernyataan Erdogan muncul setelah rezim Mesir mengeksekui sembilan orang pada Rabu lalu dengan tuduhan terlibat pembunuhan Jaksa Agung Hisyam Barakat pada tahun 2015. Mayoritas korban mengatakan di pengadilan bahwa mereka disiksa saat diinterogasi untuk memaksa mereka mengakui kejahatan. (haninmazaya/arrahmah.com)