QUEBEC (Arrahmah.com) – Beberapa hari setelah peringatan dua tahun atas tragedi penembakan mematikan di sebuah masjid di Kota Quebec, Kepala Pemerintahan Quebec mengatakan bahwa Islamofobia tidak ada di Quebec.
Francois Legault mengatakan pada Kamis (31/1/2019) bahwa ia merasa tidak perlu ada hari khusus untuk memperingati dan memerangi Islamofobia karena itu bukan masalah di Quebec.
“Saya tidak berpikir ada Islamofobia di Quebec, jadi saya rasa tidak perlu ada hari khusus untuk memerangi Islamofobia,” kata Legault, seperti dilansir CBC News.
Kelompok-kelompok HAM, seperti Dewan Nasional Muslim Kanada (NCCM), menyebut pernyataan Legault sebagai bentuk “penghinaan”.
Ihsan Gardee, direktur eksekutif NCCM, mengatakan bahwa komentar Legault “merupakan bentuk penghinaan bagi keluarga korban, komunitas Muslim di Quebec dan di seluruh Kanada yang terus berduka atas tragedi ini”.
“Francois Legault jelas tidak melihat realitas adanya Islamofobia di Quebec. Perdana Menteri harus segera menarik kembali komentarnya yang sangat ofensif dan tidak akurat, meminta maaf dan mengakui bahwa Islamofobia, seperti ujaran kebencian, rasisme dan lainnya, ada di Quebec dan hal tersebut harus ditangani,” kata Gardee dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir MEE.
Pernyataan Legault tersebut dilontarkan dua hari setelah masyarakat Kanada memperingati serangan mematikan yang terjadi di sebuah Masjid di Islamic Center Quebec pada 29 Januari 2017.
Dua tahun yang lalu, Alexandre Bissonnette, seorang pria bersenjata, tiba-tiba memasuki masjid tak lama setelah shalat maghrib dilaksanakan dan melepaskan tembakan, dia menewaskan enam pria Muslim dan melukai 19 lainnya.
Serangan yang dilakukannya di masjid tersebut mendapat kutukan keras dari masyarakat Kanada, bahkan Justin Trudeau, Perdana Menteri pada waktu itu, menyebutnya sebagai tindakan terorisme.
Serangan ini juga memicu percakapan nasional tentang Islamofobia, kejahatan rasial dan hasutan terhadap agama dan etnis minoritas di Quebec dan Kanada secara keseluruhan. (Rafa/arrahmah.com)