MANILA (Arrahmah.com) – Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyalahkan dua pembom bunuh diri sebagai anggota dari kelompok Abu Sayyaf, setelah melakukan serangan mematikan di dalam sebuah gereja Katolik di pulau selatan Jolo.
“Ya, kami yakin akan hal itu. Tidak ada yang … tidak ada yang bisa melanggengkan terorisme semacam itu di wilayah itu. Saya tidak ragu,” kata Duterte kepada wartawan di ibukota, Manila, Selasa (29/1/2019).
Menurut Duterte, tim pembom bunuh diri yang terdiri dari suami istri melakukan pemboman kembar hari Minggu (27/1). Penuturannya ini bertentangan dengan laporan militer yang menyatakan seorang wanita telah menempatkan tas bahan peledak di salah satu bangku gereja sebelum melarikan diri dari tempat kejadian.
“Itulah yang dikatakan militer kepada saya, dan itulah yang disampaikan oleh polisi kepada saya. Dan saya dibimbing oleh apa yang akan dikatakan oleh pekerja pemerintah kepada saya,” kata Duterte dalam bahasa Filipina yang bercampur dengan bahasa Inggris.
Pada Selasa (29/1), korban lain dari serangan itu meninggal di rumah sakit. Jumlah total korban menjadi 21 orang sejauh ini.
Dalam pernyataan sebelumnya yang dikeluarkan oleh istana presiden, Duterte memerintahkan militer untuk “menghancurkan Abu Sayyaf dengan cara apa pun”.
Pulau Jolo telah lama dikenal sebagai wilayah aktif pejuang Abu Sayyaf. Sementara itu, Abu Sayyaf sendiri belum mengeluarkan pernyataan tentang insiden tersebut, meski ISIL mengklaim bertanggung jawab di situsnya.
Pada hari yang sama (29/1), militer meminta penduduk Jolo untuk membantu pihak berwenang melacak para tersangka.
“Jika anda melihat seseorang melakukan kesalahan, anda harus menyerahkannya kepada pihak berwenang,” kata Kolonel Gerry Besana, seorang juru bicara militer regional.
Sementara itu, Kolonel Noel Detoyato, kepala kantor urusan publik militer, merilis rekaman keamanan yang memperlihatkan empat tersangka di dekat gereja sesaat sebelum serangan.
Dia mengatakan pihak berwenang mencari total enam “orang yang dicurigai”, termasuk seorang tersangka wanita.
Salah satu pria dalam rekaman itu, mengenakan jaket biru-hijau, diidentifikasi sebagai Kamah, saudara lelaki pemimpin Abu Sayyaf yang dibunuh, Surakah Ingog.
Kamah diyakini telah memegang ponsel yang digunakan untuk memicu bom, kata Besana.
Pasukan keamanan telah menerima laporan intelijen tentang kemungkinan serangan bom terhadap gereja-gereja di Jolo dan daerah-daerah terdekat sejak Agustus 2018, kata Menteri Pertahanan, Delfin Lorenzana.
“Sejak itu, katedral Jolo dijaga oleh tentara 24 jam sehari,” katanya.
“Kita tidak akan pernah tahu bagaimana para pembom masuk atau dekat gereja ketika para prajurit yang menjaga pintu utama semuanya mati.”
Pemboman kembar di Jolo ini tercatat sebagai serangan terburuk di Filipina dalam beberapa tahun terakhir. (Althaf/arrahmah.com)