RAKHINE (Arrahmah.com) – Para pemimpin Myanmar bersumpah akan “menghancurkan” Arakan Army (AA) di bagian Rakhine barat.
Myanmar juga menuntut agar etnis Rakhine mengakhiri dukungan terhadap kelompok bersenjata yang menewaskan 13 polisi dalam serangan terkoordinasi selama Hari Kemerdekaan negara itu pekan lalu.
Zaw Htay, direktur jenderal kantor Presiden Win Myint, mengatakan bahwa pemimpin kenegaraan Myanmar Aung San Suu Kyi membahas serangan-serangan AA selama pertemuan mengenai keamanan nasional yang diadakan dengan presiden, kepala militer Senior Jenderal Min Aung Hlaing, dan anggota kabinet lainnya.
“Kantor Pesiden telah menginstruksikan militer untuk melancarkan operasi untuk menumpas para teroris,” katanya dalam konferensi pers di ibukota Naypyidaw.
“Pemerintah Myanmar mengecam AA sebagai organisasi teroris dan memerintahkan militer untuk menerapkan langkah-langkah kontra-pemberontakan yang efektif terhadapnya,” katanya.
Zaw Htay juga mengatakan bahwa serangan AA adalah “tikaman dari belakang” dan bahwa perpecahan politik harus diselesaikan melalui diskusi.
Pada Hari Kemerdekaan Myanmar, anggota AA dengan menggunakan senjata ringan dan berat menyerang empat pos polisi di kota Buthidaung, menewaskan 13 petugas dan melukai sembilan lainnya.
Zaw Htay menuduh AA memiliki hubungan dengan kelompok bersenjata Muslim Rohingya, Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA)
“Kami telah memiliki informasi tentang ARSA, dan kami mengetahui sebelumnya bahwa AA akan menyerang pos polisi,” katanya.
“Kami menyelidiki mengapa pos-pos polisi kami diserang dan telah membahas beberapa rencana untuk dikerjakan di wilayah tersebut, tetapi kami tidak dapat memberikan detailnya sekarang.”
Zaw Htay mengatakan dia yakin serangan itu adalah hasil pertemuan antara AA dan ARSA pada Juli, tetapi dia tidak memberikan bukti kontak antara dua kelompok tersebut.
AA mewakili kelompok etnis Rahkine Buddha di negara bagian itu, sementara ARSA adalah kelompok bersenjata Muslim yang bertujuan membela Muslim Rohingya.
(ameera/arrahmah.com)