JAKARTA (Arrahmah.com) – Memasuki hari kelima pada Jumat (4/1/2019), tim SAR gabungan masih terus melakukan upaya evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban longsor di Kampung Adat, Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, setelah melalui rapat koordinasi antara BPBD Sukabumi bersama Basarnas, Korem 061 Suryakencana, Polri, SKPD dan tokoh masyarakat setempat disepakati bahwa jumlah kepala keluarga (KK) yang terdampak longsor adalah 29 KK dengan jumlah jiwa terdampak 100 orang dengan jumlah rumah rusak berat 29 unit.
“Hingga 4/1/2019 pagi, dari 100 orang terdampak longsor tercatat 64 orang selamat, 18 orang meninggal dunia, 3 orang luka berat dan dirawat di RS Pelabuhan Ratu, dan 15 orang masih dalam pencarian. Pengungsi tinggal di rumah kerabat terdekatnya sehingga tidak memerlukan tenda pengungsi,” ungkap Sutopo.
Sutopo mengungkapkan, sebanyak 1.054 personil terlibat dalam penanganan darurat bencana longsor di Sukabumi.
Personil ini berasal dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, kementerian/Lembaga, Pemda, NGO, relawan dan masyarakat.
“Mereka bukan hanya tergabung dalam tim SAR gabungan, namun juga di dapur umum, pelayanan medis, penanganan logistic dan lainnya,” imbuhnya.
Bupati Sukabumi telah menetapkan masa tanggap darurat penanganan longsor Sukabumi selama 7 hari yaitu 31/12/2018 hingga 6/1/2019.
“Setiap dari dilakukan rapat koordinasi di posko untuk mengevaluasi dan menyusun rencana penanganan selama masa tanggap darurat,” jelas Sutopo.
Menurutnya, kendala utama pencarian korban adalah faktor cuaca yaitu hujan. Jika kondisi cuaca cerah maka pencarian korban dapat dilakukan hingga malam hari. Sebaliknya jika hujan dapat menyebabkan evakuasi dihentikan lebih awal.
Sementara itu, longsor susulan masih sering terjadi meskipun dengan intensitas yang kecil.
“Kemarin malam, suara gemuruh kembali terdengar di lokasi longsor karena adanya batu besar yang berada di mahkota longsor jatuh ke bagian bawah. Kondisi ini cukup membahayakan bagi personil di lapangan,” tandasnya.
(ameera/arrahmah.com)